Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik Efek Kekhawatiran Ekspor Venezuela

Harga minyak global mengalami kenaikan pada perdagangan di Asia setelah Venezuela menaikkan prospek bahwa Negeri Telenovela itu akan mengurangi sejumlah ekspor minyaknya. Kenaikan harga minyak juga dipicu oleh permintaan Amerika Serikat pada produsen OPEC untuk meningkatkan produksinya.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global mengalami kenaikan pada perdagangan di Asia setelah Venezuela menaikkan prospek bahwa Negeri Telenovela itu akan mengurangi sejumlah ekspor minyaknya. Kenaikan harga minyak juga dipicu oleh permintaan Amerika Serikat pada produsen OPEC untuk meningkatkan produksinya.

Produksi Venezuela yang anjlok menjadi salah satu faktor yang berkontribusi besar pada reli harga minyak global, hingga minyak Brent kembali mendekati US$80. Perusahaan negara Venezuela Petróleos de Venezuela, S. A. (PDVSA) tengah mempertimbangkan akan mengumumkan force majeur pada ekspornya, di tengah hasil produksinya yang anjlok dan masalah bottle neck di pelabuhannya.

Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan Rusia rencananya akan melaksanakan pertemuan pada 22 – 23 Juni mendatang untuk membuat keputusan jumlah produksi yang akan mereka tingkatkan karena persediaan saat ini sudah semakin ketat lantaran produksi Venezuela yang merosot melebihi ekspektasi. Sanksi AS ke Iran juga memberikan ancaman untuk mengurangi ekspor minyak dari Iran.

Pemerintah AS telah mempertimbangkan keputusan tersebut dengan memberikan permintaan resmi ke Arab Saudi dan sejumlah produsen OPEC lainnya untuk meningkatkan hasil produksinya.

“Saat ini, harga minyak tengah terdorong oleh OPEC dan pandangan terkait dengan seberapa besar dan seberapa cepat OPEC dan sekutunya akan meningkatkan hasil produksinya, ujar analis Energy Aspects Virendra Chauhan, dikutip dari Reuters, Rabu (6/6/2018).

Sebelumnya, pada 25 Mei lalu tercatat bahwa para produsen OPEC dan sekutunya berencana menaikkan hasil produksi hingga 1 juta barel per hari. Keputusan mengenai hal tersebut akan diambil pada pertemuan di Wina pada akhir Juni nanti.

Selisih harga WTI dan Brent yang mencapai US$10,07 per barel yang muncul setelah data Institusi Petroleum Amerika (API) menunjukkan persediaan minyaknya turun 2 juta barel, lebih banyak dari ekspektasi sejumlah analis sebesar 1,8 juta barel.

Saat ini, investor tengah menantikan data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang akan dirilis pada 14.30 waktu setempat atau 21.30 WIB.

Sejumlah analis PT Monex Investindo Futures pada laporan hariannya yang dikutip Bisnis, Rabu (6/6) mengatakan bahwa apabila EIA malam ini melaporkan penurunan stok yang signifikan, minyak berpeluang melanjutkan kenaikan ke area US$66,40 per barel, namun sebelumnya harus melewati resistan di kisaran US$65,90 per barel.

“Support terdekat berada di kisaran 65.20, selama tidak menembus ke bawah level tersebut, minyak berpeluang menguat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper