Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Loyo, Rupiah Kembali Bergairah

Nilai tukar rupiah berhasil meraih kembali momentumnya dan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (6/6/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang Asia di tengah pelemahan dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil meraih kembali momentumnya dan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (6/6/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang Asia di tengah pelemahan dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 27 poin atau 0,19% di Rp13.853 per dolar AS. Padahal, mata uang Garuda sempat melanjutkan pelemahannya saat dibuka dengan depresiasi 5 poin atau 0,04% di Rp13.885.

Adapun pada perdagangan Selasa (5/6), rupiah ditutup melemah tipis 2 poin atau 0,01% di posisi Rp13.880, setelah mampu bertahan kuat beberapa hari sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp13.839 – Rp13.887 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di Asia terpantau juga menguat, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,40% dan rupee India yang terapresiasi 0,26% pada pukul 17.27 WIB. Di sisi lain, yen Jepang dan peso Filipina masing-masing melemah 0,32% dan 0,05%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,27% atau 0,250 poin ke level 93,626 pada pukul 17.17 WIB.

Indeks dolar dibuka turun 0,095 poin atau 0,10% di level 93,781 pagi tadi, setelah berakhir melemah 0,17% atau 0,162 poin di posisi 93,876 pada perdagangan Selasa (5/6).

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi faktor internal dan eksternal, di antaranya pelemahan indeks dolar AS dan momentum pembagian tunjangan hari raya (THR) bagi PNS, TNI, dan Polri.

Momentum ini membuat peredaran rupiah semakin banyak, ditambah dengan inflasi bulan Ramadan yang cenderung mengalami penurunan, sehingga berdampak positif terhadap rupiah.

“Wajar jika seandainya rupiah sempat dibuka melemah, akhirnya akan kembali menguat. Kemungkinan besar penguatan akan lebih dari mata uang asing lainnya (pada perdagangan hari ini),” ungkap Ibrahim kepada Bisnis.com.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tindakan cepatnya dalam menaikkan suku bunga membantu menstabilkan mata uang. Jika kondisi pasar memerlukan, akan lebih banyak pengetatan kebijakan yang bisa dilakukan.

“Salah satu pelajaran utama adalah bahwa Anda harus mengambil tindakan untuk mencegah ketidakpastian,” ujar Perry dalam wawancara dengan Bloomberg hari ini.

“Itu salah satu hal pertama yang kami lakukan. Untuk mencegah ketidakpastian kemungkinan penaikan suku bunga The Fed lebih dari tiga kali, serta dampak defisit fiskal AS atas imbal hasil obligasi dan meningkatnya risiko global,” terangnya.

Enam hari setelah dilantik, Perry memutuskan untuk menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan pada Rabu (30/5/2018). BI lebih lanjut menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,75% dalam rapatnya ini.

Padahal, BI telah menaikkan BI 7DRRR sebesar 25 bps menjadi 4,5% pada pertemuan kebijakan tanggal 17 Mei. Penaikan suku bunga acuan dilakukan untuk merespons kondisi nilai tukar rupiah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper