Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bumi Teknokultura Unggul (BTEK) Ekspansi Bisnis Cokelat Bubuk

PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (BTEK) melalui cucu usahanya Golden Harvest Cocoa Indonesia (GHCI) akan mulai memproduksi cokelat bubuk atau cocoa powder pada Oktober 2018.
logo/btek.co.id
logo/btek.co.id

Bisnis.com, JAKARTA-PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (BTEK) melalui cucu usahanya Golden Harvest Cocoa Indonesia (GHCI) akan mulai memproduksi cokelat bubuk atau cocoa powder pada Oktober 2018.

Direktur Utama Bumi Teknokultura Unggul Anne Patricia Sutanto menyampaikan, melalui Golden Harvest, perseroan baru menghasilkan dua produk olahan kakao, yakni cocoa cake dan cocoa butter. Pada Oktober 2018, perusahaan akan membuat produk baru berupa cocoa powder, selain cocoa cake.

"Bulan September 2018 kami mulai trial line production cocoa powder. Direncanakan Oktober sudah bisa produksi," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (5/6/2018).

Diperkirakan kapasitas produksi cocoa powder berkisar 20.000-30.000 per tahun. Untuk ekspansi lini bisnis baru dan modal kerja lainnya pada 2018, BTEK mengalokasikan capital expenditure (capex) senilai US$15 juta.

Sumber pendanaan berasal dari hasil rights issue pada 2016 dan ekuitas perusahaan. Per Maret 2018, ekuitas BTEK mencapai Rp2 triliun, naik dari kuartal I/2017 sebesar Rp1,49 triliun.

Sebagai informasi, pada kuartal III/2016 BTEK melakukan rights issue dengan perolehan dana Rp4,65 triliun. Mayoritas dana tersebut digunakan untuk mengakuisisi Golden Harvest Pte. Ltd. (GHPL), induk usaha GHCI.

Per Desember 2017, pabrik pengolahan kakao perseroan memiliki kapasitas produksi 120.000 ton per tahun, tetapi utilisasinya baru sebesar 40%. Diharapkan utilisasi dapat mencapai 110.000 ton per tahun atau 90% pada 2019.

"Selain menambah lini cocoa powder, kami juga akan meningkatkan utilisasi produksi cocoa butter dan cocoa cake sampai 90% atau 110.000 ton per tahun," tuturnya.

Menurut Anne, belanja modal untuk peningkatan utilisasi hingga 90% bergantung kepada pergerakan harga kakao global. Dengan asumsi harga kakao di level US$2.500 per ton, investasi yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas 110.000 ton per tahun berkisar US$40 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper