Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Siap Ekspansi Bisnis EBT

Emiten tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) berencana melebarkan sayap bisnis ke pembakit listrik energi baru terbarukan atau EBT di sektor hidro dan solar cell.
 PT Indo Tambangraya Megah Tbk./Istimewa
PT Indo Tambangraya Megah Tbk./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA-Emiten tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) berencana melebarkan sayap bisnis ke pembakit listrik energi baru terbarukan atau EBT di sektor hidro dan solar cell.

Direktur Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali menyampaikan, perusahaan berencana berekspansi ke bisnis pembangkit listrik yang memakai EBT, yakni PLTA dan PLTS. Kapasitasnya keduanya berkisar 100 MW-200 MW.

"Sekarang FS [feasibility study] masih on going untuk kedua proyek [PLTA dan PLTS]. Mungkin studi kelayakan membutuhkan waktu 6 bulan," ujarnya, Senin (4/6/2018).

Menurutnya, proses feasibility study PLTA mencakup ketersediaan tempat, sumber air, dan kebutuhan pengembangan dam atau bendungan. Adapun, proyek PLTS membutuhkan ketersediaan lahan yang cukup besar.

Ekspansi renewable energy perseroan nantinya akan dilakukan oleh PT ITM Banpu Power (IBP). Sejumlah 70% saham IBP dipegang oleh ITMG, sedangkan 30% selebihnya dimiliki oleh Banpu.

Terkait lokasi proyek yang diincar, Yulis menyampaikan, biasanya ketersediaan matahari sebagai energi utama PLTS berada di Indonesia Timur. Adapun, sumber air banyak di Kalimantan karena memiliki sejumlah sungai besar.

"Kami belum bisa memberi tahu lokasi [PLTA dan PLTS] nantinya, karena masih studi kelayakan. Mungkin setelah Lebaran bisa kami infokan lebih lanjut," paparnya.

Yulius mengatakan, investasi 1 MW PLTA dan PLTS berkisar US$3 juta. Investasi renewable energy diluar anggaran capex ITMG pada 2018 sebesar US$107,1 juta.

Menurutnya, anggaran capex 2018 berasal dari kas internal. Alokasi capex paling besar diberikan kepada anak perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan, yakni PT Tambang Raya Usaha Tama (TRUST) sebesar US$40 juta.

Dana tersebut digunakan untuk pembelian alat berat dan pengembangan infrastruktur. Per Mei 2018, perusahaan sudah membelanjakan US$10 juta untuk pembelian alat berat.

Yulius mengungkapkan, selain renewable energy, IBP juga mengikuti dua tender proyek PLTU dengan PLN. Kapasitas masing-masing proyek ialah 2x100 MW.

Menurutnya, investasi proyek PLTU bergantung kepada teknologi yang dipakai. Teknologi China biasanya membutuhkan dana US$1 juta per MW, sedangkan teknologi Jepang sekitar US$2 juta per MW.

"Biasanya yang tekonologi Jepang memang lebih bagus, dan membutuhkan perawatan lebih sedikit dibandingkan China. Tapi kami tidak akan ngotot banget ekspansi di PLTU," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper