Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Emiten Perkebunan Tertahan Harga CPO

Prospek kinerja emiten perkebunan pada 2018 diperkirakan terbatas oleh melesunya harga minyak kelapa sawit atau CPO global akibat faktor fundamental suplai dan permintaan.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA-Prospek kinerja emiten perkebunan pada 2018 diperkirakan terbatas oleh melesunya harga minyak kelapa sawit atau CPO global akibat faktor fundamental suplai dan permintaan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menyampaikan, pihaknya mempertahankan rekomendasi netral terhadap emiten sektor perkebunan. Namun, estimasi harga CPO pada 2018-2019 diturunkan masing-masing menjadi 2.700--2.800 ringgit per ton, dari proyeksi sebelumnya senilai 2.900--3.000 ringgit per ton.

"Faktor utama yang mempengaruhi harga ialah dinamika suplai dan permintaan," paparnya dalam riset, Senin (4/6/2018).

Pada April 2018, ekspor CPO Malaysia naik 20,1% year-on-year (yoy) dan 1,8% year to date (ytd) menjadi 1,5 juta ton. Namun, pada saat yang sama harga justru menurun 12,2% yoy dan merosot 2,8% ytd menuju 2.418 ringgit per ton karena tingginya stok.

Persediaan CPO Malaysia pada April 2018 naik 35,9% yoy dan 14,8% ytd menjadi 2,1 juta ton. Volume itu di atas rata-rata persediaan bulanan pada 2017 sebesar 1,9 juta ton.

Menurut Andy, pada semester II/2018 produksi CPO Malaysia akan meningkat dibandingkan 6 bulan pertama tahun ini. Hal yang sama diperkirakan terjadi di Indonesia, karena kondisi cuaca dan tanah yang mirip.

Kenaikan harga minyak mentah juga tidak serta-merta mendukung peningkatan harga CPO. Mirae sudah mengerek proyeksi rerata harga minyak Brent pada 2018 menjadi US$80-US$85 per barel, dari estimasi sebelumnya US$70-US$75 per ton.

"Memanasnya harga minyak diyakini belum akan mendorong permintaan biodiesel yang lebih tinggi," paparnya.

Andy berpendapat, para produsen biodiesel belum yakin kenaikan harga minyak mentah akan berlanjut. Oleh karena itu, mereka cenderung menahan produksi, sehingga belum mengerek permintaan bahan baku CPO.

Di samping itu, emiten sawit kesulitan ekspansi untuk mendapatkan lahan baru. Pasalnya, pemerintahan Joko Widodo hanya membolehkan aktivitas replanting seluar 185.000 hektare.

Andy menyampaikan, ada 4 emiten kebun yang masuk ke dalam riset Mirae, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Tbk. (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS).

Dua top picks pilihan Mirae yang mendapat rekomendasi beli ialah SGRO dan SSMS, dengan target masing-masing Rp2.950 dan Rp1.800. Adapun, AALI dan LSIP hanya disarankan hold, dengan target masing-masing Rp12.500 dan Rp1.150.

Dari sisi fundamental, pada 2018 laba bersih SGRO dan SSMS diprediksi tumbuh 25,5% yoy dan 10,6% yoy. Namun, laba AALI diperkirakan tergerus 40,2% yoy, sedangkan LSIP juga menurun 27% yoy.

"Dua saham pilihan kami, SGRO dan SSMS memiliki land bank yang besar sehingga mendukung pertumbuhan dalam jangka panjang," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper