Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Lantai Bursa Diprediksi Sepi Peminat pada Semester II/2018

Minat perusahaan untuk melakukan intial public offering (IPO) pada paruh kedua tahun ini diprediksi lebih sepi dibandingkan semester I/2018. Hal itu dapat dilihat dari bisnis jasa penjamin emisi atau underwriter yang sejauh ini juga masih landai.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Minat perusahaan untuk melakukan intial public offering (IPO) pada paruh kedua tahun ini diprediksi lebih sepi dibandingkan semester I/2018. Hal itu dapat dilihat dari bisnis jasa penjamin emisi atau underwriter yang sejauh ini juga masih landai.

PT Ciptadana Sekuritas Asia misalnya, yang masih belum mendapatkan mandat untuk menjadi pelaksana penawaran umum perdana pada semester kedua mendatang. Tahun ini, perseroan mendapatkan tiga mandat IPO dan kesemuanya telah direalisasikan.

"Untuk semester II/2018 masih belum ada. Sepertinya semester kedua tidak akan seramai pada semester pertama [minat dan realisasi IPO]," kata Direktur Utama PT Ciptadana Sekuritas Asia Ferry Budiman Tanja kepada Bisnis.com, Senin (28/5/2018).

Hingga saat ini, Ciptadana telah menangani sejumlah perusahaan untuk melakukan IPO. Dua diantaranya adalah PT Surya Pertiwi Tbk. (SPTO) dan perusahaan perbankan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk. "Kami menangani tiga IPO dan semuanya telah terealisasi," katanya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh PT Danareksa Sekuritas. Pada periode enam bulan kedua tahun ini, perusahaan pelat merah itu baru mengantongi mandat satu IPO yang berasal dari anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor jasa.

"Saya belum bisa sebut namanya karena ini baru penunjukkan. Nanti akan menggunakan buku Juni 2018 jadi IPO pada semester kedua," kata Direktur Danareksa Sekuritas Boumediene Sihombing.

Secara total, mandat IPO yang dikantongi oleh Danareksa berasal dari enam perusahaan. Dua diantaranya telah tercatat di Bursa Efek indonesia (BEI) yakni PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) dan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU).

Adapun dua lainnya masih dalam proses book building, yakni PT Panca Mitra Multiperdana dan PT Jaya Bersama Indo. Keduanya bakal melakukan pencatatan dalam waktu dekat. Adapun satu perusahaan lain melakukan penundaan IPO yakni PT Wijaya Karya (Wika) Realty.

"Ada pergantian direksi di Wika Karya (Persero), sehingga ada kajian mengenai rencana IPO Wika Realty. Tapi mudah-mudahan realisasinya pada semester kedua," harapnya.

Ada dua faktor utama yang membuat IPO paruh kedua tahun ini diprediksi akan sepi. Pertama soal pasar. Meskipun telah naik, posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) masih kalah tinggi dibandingkan pada awal tahun. Asumsi ini terbukti, di mana banyak perusahaan menunda IPO dengan alasan market.

Bahkan, data terbaru dari BEI setidaknya ada sembilan perusahaan yang memutuskan untuk menunda atau menjadwal ulang proses IPO, di mana mayoritas disebabkan oleh kondisi pasar yang masih belum meningkat signifikan.

Kedua adalah tren. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), minat IPO pada semester kedua memang selalu lebih rendah dibandingkan semester pertama. Hanya pada 2012 jumlah perusahaan yang IPO pada paruh kedua lebih banyak dibandingkan enam bulan pertama pada tahun itu.

Bursa memang belum mengantongi jumlah perusahaan yang akan go public pada periode Juli-Desember. Namun kemungkinan jumlah perusahaan yang IPO masih lebih rendah dibandingkan pada semester pertama.

Hingga saat ini, jumlah perusahaan yang telah tercatat di pasar modal pada 2018 mencapai 16 perusahaan. Bursa juga masih mengantongi puluhan nama dalam pipeline IPO. Targetnya, jumlah perusahaan yang bakal melantai hingga penghujung tahun ini mencapai 35 perusahaan.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya mengatakan, keputusan untuk menunda IPO tergantung dari masing-masing perusahaan. Namun bursa terus melakukan edukasi agar niatan untuk go public itu tidak tertunda karena berbagai alasan.

"Kami selalu memberi edukasi ke calon emiten. Kami sediakan sarana, aturan, dan kemudahan. Selebihnya kewenangan masing-masing perusahaan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper