Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik 2,67%, IHSG Diprediksi Mulai Rebound

Kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) diyakini menjadi awal mula rebound setelah dalam beberapa pekan terakhir terus tertekan akibat terkena sentimen negatif dari eksternal.
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Senin (19/2/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Senin (19/2/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) diyakini menjadi awal mula rebound setelah dalam beberapa pekan terakhir terus tertekan akibat terkena sentimen negatif dari eksternal.

Pada perdagangan hari ini, indeks ditutup menguat hingga 2,67% ke level 5.946.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan market rebound.

Pertama, pasar tengah mengalami kejenuhan aksi jual setelah dalam beberapa hari perdagangan asing terus massif melakukan aksi jual.

Kedua, dollar Amerika Serikat (AS) mulai ada koreksi sehingga berdampak pada penguatan rupiah dan mengerek IHSG.

Ketiga, keputusan The Fed yang tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan sehingga market lebih tenang.

Keempat, faktor dari dalam negeri di mana lelang surat utang negara (SUN) cukup diminati pasar sehingga dana asing yang sempat keluar kembali masuk ke Tanah Air.

"Market rebound dulu. target kami akan ada kenaikan sampai 6.200 baru nanti ada koreksi lagi," kata dia saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (24/5/2018).

Kata dia, salah satu sektor yang mendongkrak penguatan indeks adalah perbankan. Pasar sempat khawatir kinerja perbankan bakal tertekan karena kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu.

Namun tampaknya kebijakan tersebut tidak berdampak besar terhadap pasar sehingga sektor ini mampu menopangkenaikan indeks.

"Ke depan akan ada penguatan lagi, karena BI juga tidak akan agresif," imbuhnya.

Namun demikian, menurut Hans masih ada peluang untuk indeks kembali terkoreksi. Ada beberapa sebab, terutama terkait dengan perang dagang antara AS dan China yang masih berlanjut.

Selain itu, belum adanya kepastian pertemuan antara pimpinan AS dan Korea Utara juga menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper