Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Terbebani Imbal Hasil Obligasi AS, Rupiah Rebound

Nilai tukar rupiah sukses memperkuat reboundnya pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (22/5/2018), mematahkan depresiasi selama dua hari berturut-turut sebelumnya, di tengah apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melemah. Seperti apa kondisinya?
Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melemah. Seperti apa kondisinya?

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah sukses memperkuat reboundnya pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (22/5/2018), mematahkan depresiasi selama dua hari berturut-turut sebelumnya, di tengah apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,34% atau 48 poin di Rp14.142 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 25 poin atau 0,18% di Rp14.165 per dolar AS.

Pada perdagangan Senin (21/5), rupiah berakhir melemah 34 poin atau 0,24% di posisi 14.190, level terendah sejak Oktober 2015. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.130 – Rp14.189 per dolar AS.

Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia terpantau menguat terhadap dolar AS sore ini, dipimpin won Korea Selatan yang menguat 0,82% dan baht Thailand yang terapresiasi 0,39%. Hanya dolar Hong Kong yang bergerak flat cenderung negatif pada pukul 17.26 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,38% atau 0,354 poin ke level 93,323 pada pukul 17.15 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona merah dengan turun 0,138 poin atau 0,15% di level 93,539, setelah berakhir naik tipis 0,04% atau 0,040 poin di posisi 93,677 pada perdagangan Senin (21/5).

Penguatan rupiah hari ini didukung imbal hasil obligasi AS yang bergerak cenderung mandek serta pelemahan dolar AS yang meredakan tekanan terhadap mata uang emerging market. Meski berhasil membukukan rebound, rupiah masih bergerak di kisaran level terendahnya sejak Oktober 2015.

Dilansir dari Bloomberg, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun stabil di kisaran level 3,06% atau turun dari 3,13% pada 18 Mei, level tertingginya sejak Juli 2011.

“Pergerakan harga hari ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa imbal hasil obligasi AS menghentikan kenaikannya dan mereda, sehingga memicu penyesuaian lintas mata uang,” kata Jun Kato, chief market analyst di Shinkin Asset Management Co.

“Tapi saat imbal hasil AS bertenor 10 tahun tetap di atas 3%, dolar tetap didukung dengan bias kenaikan,” tambahnya.

Kepada para pembuat kebijakan di Jakarta hari ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan Indonesia harus terus melancarkan reformasi di sektor moneter, fiskal, dan riil demi memastikan stabilitas finansial.

Di sisi lain, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Bank Indonesia memiliki ruang lebih lanjut untuk mengetatkan kebijakan moneter. Pemerintah disebutnya akan bekerja sama dengan BI untuk memastikan stabilitas ekonomi.

Seperti diketahui, BI telah memutuskan menaikkan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5% pekan lalu. Penaikan suku bunga acuan dilakukan untuk merespons kondisi nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi.

Namun, situasi atau nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tak banyak berubah pascapenaikan tersebut. Rupiah bahkan sempat menembus level Rp14.200 per dolar AS pada perdagangan kemarin (21/5).

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper