Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom CIMB Niaga: Aksi Jual Obligasi Masih Akan Berlanjut

Bisnis.com, JAKARTA Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini disebabkan oleh penjualan obligasi yang terjadi di pasar surat berharga. Kenaikkan BI 7-DRRR sebesar 25 bps justru direspons pasar dengan menjual obligasi.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini disebabkan oleh penjualan obligasi yang terjadi di pasar surat berharga. Kenaikkan BI 7-DRRR sebesar 25 bps justru direspons pasar dengan menjual obligasi.

Adrian menerangkan, dalam mekanisme pasar BI 7-DRRR adalah cost of goods sold (cogs). Kenaikan cogs tersebut membuat yields obligasi meningkat sementara harganya melemah.

“Maka yield obligasi yang tadinya itu cuma 7,2%, dengan hitungan rumus tertentu maka yields obligasi itu akan bergerak ke 7,5%. Kalau yield naik, maka harga obligasi itu akan turun. Intinya kalau misalnya BI7DRRR itu naik 25 bps, maka harga obligasi dalam hitungannya harus turun 3%-5%,” katanya kepada Bisnis, Senin (21/5/2018).

Kondisi inilah yang mendorong para pemilik obligasi untuk melakukan aksi jual. Tren ini masih akan berlangsung selama beberapa waktu hingga harga obligasi mencapai level harga terendah. Pada titik itu, barulah para pemain pasar surat utang akan membeli obligasi kembali.

Selanjutnya, setelah para pemain pasar utang menjual obligasi mereka dan mendapatkan rupiah, mereka akan menukarkan rupiah mereka ke dalam dolar AS untuk menghindari kerugian karena nilai tukarnya yang terus melemah.

“Pada saat investor jual obligasi, dia dapat rupiah lalu tukar ke dolar AS, maka ya rupiah semakin merosot. Dari urutan peristiwa itu, saya langsung simpulkan saat BI 7-DRRR naik maka yang akan terjadi adalah obligasi harganya turun atau yield-nya naik pada saat bersamaan. Ini kan exactly apa yang saya bilang kemarin, bahwa kenaikkan suku bunga akan menjadi sesuatu kontraproduktif,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper