Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Nyaris Sentuh 14.200, Analis Sebut Tiga Sentimen Penekan

Kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan siang ini, Senin (21/5/2018) nyaris menyentuh 14.200. Pada pk. 12:28 WIB, rupiah melemah ke Rp14.198 per dolar AS.
Rupiah./.Bisnis-Abdullah Azzam
Rupiah./.Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA— Kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan siang ini, Senin (21/5/2018) nyaris menyentuh 14.200. Pada pk. 12:28 WIB, rupiah melemah ke Rp14.198 per dolar AS.

Padahal analis memprediksi jika tensi perang dagang antara AS dan China bisa melunak, berpotensi melemahkan posisi dolar AS dan kembali terangkatnya mata uang lainnya.

Namun China yang menjanjikan akan mengimpor lebih banyak sejumlah komoditas dari AS, dan pihak Washington juga telah menyatakan menunda mengenakan rencana pengenaan tarif impornya atas sejumlah produk asal China, tidak juga melunakkan indeks dolar AS. Akibatnya mata uang lainnya, termasuk rupiah melemah. Bahkan siang ini nyaris menyentuh level Rp14.200 per dolar AS.

“Rupiah (berpeluang melemah hingga level) 14.250,” kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim kepada Bisnis, Senin (21/5/2018).

Dia mengemukakan serangkaian sentimen baik dari dalam maupun luar negeri menekan rupiah atas posisinya dengan dolar AS.

“Padahal BI sudah menaikkan suku bunga, dan pertemuan AS dan China ada keputusan. Harusnya dolar mengalami pelemahan. Ternyata tidak,” kata Ibrahim.

Berikut pemaparan Ibrahim terkait sentimen yang menekan rupiah atas dolar AS saat ini:

Sentimen dalam negeri:

  • Diduga ada utang jatuh tempo dari obligasi pemerintah bertenor jangka pemdek pada Juni. “Kalau tidak salah hampir Rp500 miliar. Ada 3 obligasi pemerintah (jatuh tempo) bulan Juni ,” kata Ibrahim.

Oleh karenanya, diprediksi dibutuhkan dolar yang cukup banyak pada Mei dan Juni 2018 untuk membayar obligasi jatuh tempo itu.

Sentimen luar negeri

  • Yield obligasi AS bertenor 10 tahun bertahan di level tingginya, yaitu melampaui angka 3%, padahal sebelumnya di kisaran 2,89%.

Dengan adanya peningkatan tersebut ujarnya, kemungkinan besar bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya.

“Artinya kemungkinan akan mengarah kenaikan suku bunga di Juni (Fed Rate). Mengakibatkan penguatan dolar,” kata Ibrahim.

  • Di luar dugaan partai politik Italia dengan jargon menjanjikan pemotongan pajak secara besar-besaran dan menaikkan belanja sosial memenangkan pemilu.

Dengan ada pemotongan pajak secara besar-besaran dan menaikkan belanja sosial, memancing perdebatan di kalangan analis terkait sumber dana yang bisa menopang janji kerja partai politik tersebut.

“(Sehingga) dolar kembali menguat,” kata Ibrahim.

Dengan sentimen tersebut ujarnya, bukan tidak mungkin indeks dolar AS yang saat ini berada di level 93 bisa melejit ke level 95 yang juga bisa menekan rupiah.

“Minggu ini rupiah masih fluktuatif di kisaran level 14.200. Menguat kembali, karena melihat Indonesia Bank Indonesia punya target PDB pada 2019 lebih baik,” kata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper