Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Kian Memanas, Brent Sempat Tembus Level US$80

Harga minyak mentah global melampaui level US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak akhir 2014 di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa cadangan minyak dunia menyusut.
Pengeboran minyak lepas pantai./.Bloomberg-Angel Navarrete
Pengeboran minyak lepas pantai./.Bloomberg-Angel Navarrete

Bisnis.com, JAKARTA– Harga minyak mentah global sempat melampaui level US$80 per barel pada perdagangan Kamis (17/5/2018). Level itu mampu ditembus untuk pertama kalinya sejak akhir 2014 di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa cadangan minyak dunia menyusut.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli ditutup menguat 0,02 poin atau 0,03% ke level US$79,30 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah sebelumnya mencapai US$80,50, level intraday tertinggi sejak November 2014.

Minyak mentah patokan global ini diperdagangkan pada spread US$7,73 dibanding West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan yang sama, terbesar sejak 2015.

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni cenderung flat pada level US$71,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai 22% di atas rata-rata perdagangan 100 hari terakhir.

Brent sempat menguat 1,5 karena pemangkasan output OPEC memperketat cadangan di seluruh dunia dan prospek pengiriman dari Venezuela dan Iran memburuk. Namun, penguatan minyak mentah AS tertahan karena rekor output dari ladang minyak shale dan peningkatan pengeboran membatasi ruang penguatan. Spread yang semakin lebar antara Brent dan WTI mendorong ekspor minyak AS yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Kelebihan pasokan global telah diberantas dan OPEC masih belum mengatakan apa-apa tentang mengakhiri kesepakatan lebih awal, yang hanya baik untuk pasar," kata Ashley Petersen, analis minyak di Stratas Advisors di New York, seperti dikutip Bloomberg.

“Sementara untuk AS, banyak minyak yang diekspor dan mengurangi pasokan berlebih di dalam negeri. Sepertinya ada cukup minyak mentah,” lanjutnya.

Minyak mentah bulan ini telah menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun terakhir setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir Iran, peningkatan konflik di Timur Tengah, dan penurunan ekspor di Venezuela sebagai pemasok utama karena ConocoPhillips membekukan ekspor negara tersebut.

Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih dan Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazrouei menyatakan keprihatinan atas ketidakstabilan pasar minyak, mengatakan pergerakan terbaru pada harga minyak telah banyakj didorong oleh factor geopolitik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper