Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel melonjak akibat dari investor China melakukan penumpukkan logam dasar setelah libur dua hari, memicu pandangan bullish pada permintaan karena hasil produksi pabrik Negeri Panda itu telah mendekati puncak musiman.
Perdagangan logam yang digunakan untuk pembuatan besi antikarat dan baterai isi ulang tersebut merangkak naik 2,4% menjadi US$13.980 per metrik ton pada perdagangan di London Metal Exchange Kamis (3/5/2018).
Tembaga dan aluminium juga mengalami peningkatan pada perdagangan di Asia. Sebelumnya, pasar di China ditutup pada 30 April dan 1 Mei untuk libur hari buruh.
“Penutupan pasar China membuat kondisi perdagangan menjadi sedikit membosankan, tapi sekarang mereka [China] kembali. Kelihatannya semua positif atas kebalinya China,” ujar Robin Bhar, analis Societe Generale dikutip dari Bloomberg.
Saat ini, AS memperpanjang tenggat waktu bagi investor untuk menjual sahamnya pada perusahaan yang terkena sanksi AS hingga 6 Juni mendatang, memperkecil kemungkinan perusahaan yang dipegang oleh Oleg Deripaska untuk melakukan pendaftaran kembalo dari perdagangan London Metal Exchange (LME).
Sebelumnya, tenggat waktu yang diberikan kepada investor tersebut hanya berlaku hingga 7 Mei.
“Pergerakan kebijakan AS ke Rusal yang cepat menimbulkan kondisi volatil pada perdagangan di pasar aluminium. Kondisi volatil tersebut disebabkan oleh sejumlah pemangkasan dan perubahan,” ujar Chris Lynch, Chief Financial Officer Rio Tinto Group.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel