Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Tak Solid, Sterling Meredup

Mata uang pound sterling mengalami kejatuhan ke level terendah dalam hampir 4 bulan karena investor dengan cepat membatalkan taruhan bullish mereka setelah data pertumbuhan ekonomi lemah dan menurunnya optimisme pada kenaikan suku bunga.
Pound sterling. /Reuters
Pound sterling. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang pound sterling mengalami kejatuhan ke level terendah dalam hampir 4 bulan karena investor dengan cepat membatalkan taruhan bullish mereka setelah data pertumbuhan ekonomi lemah dan menurunnya optimisme pada kenaikan suku bunga.

Pada perdagangan Rabu (2/5), sterling dibuka stagnan di level US$1,3614 per dolar AS. Pada pukul 11.12 WIB, sterling terpantau melemah 0,01% menjadi US$1,3613 per dolar AS, pelemahan 6 sesi beruntun dan merupakan level terendah sejak 12 Januari 2018. Secara year-to-date (ytd), mata uang Inggris ini tumbuh tipis sebesar 0,74%.

Menurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC), posisi spekulatif dalam mata uang Inggris membukukan penurunan mingguan terbesar kedua dalam 8 bulan terakhir.

Dilansir dari Reuters, para analis menilai bahwa pelemahan pound sterling diakibatkan oleh data pertumbuhan ekonomi yang melemah di samping komentar terbaru Gubernur Bank of England (BoE) Mark Caney yang telah menyebabkan investor mengurangi taruhan mereka pada kenaikan suku bunga pekan depan.

“Ini adalah cerita repricing BoE dan kecuali kita mendapatkan beberapa data yang solid dalam beberapa hari mendatang atau perubahan struktural dalam cerita Brexit, pasar harus berkonsolidasi di sekitar level ini,” kata Viraj Patel, ahli strategi FX di ING Bank di London.

Perekonomian Inggris telah tumbuh pada laju terlemahnya sejak kuartal IV/2012 pada kuartal pertama tahun ini, yakni meningkat hanya 0,1%, lebih rendah dari perkiraan ekonom dalam jajak pendapat Reuters dan jauh di bawah prediksi BoE sebesar 0,3%.

Data Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) manufaktur Inggris diperkirakan akan menurun ke level 54,8 pada April dari periode sebelumnya sebesar 55,1.

Sementara itu, menurut sejumlah analis di pasar derivatif, termasuk UBS Group, probabilitas BoE menaikkan suku bunga telah jatuh ke sekitar 20% dari sekitar 90% pada awal bulan ini, bahkan hingga menghapus pandangan mereka tentang kenaikan suku bunga dari BoE pada tahun ini.

Data ekonomi dan komentar dari Gubernur BoE Mark Caney inilah yang menjadi 2 alasan utama di balik proyeksi tersebut.

“Kondisi suram dan kemungkinan terjadi pelemahan lebih lanjut,” kata Kit Juckes, ahli strategi mata uang di Societe Generale di London yang mengekspektasikan sterling bakal melemah ke US$1,3660 per dolar AS.

Monex Investindo Futures (MIF) dalam risetnya hari ini (2/5) menuturkan, sejak mencapai level US$1,4376 per dolar AS, tertinggi sejak referendum Brexit pada 17 April 2018, GBPUSD terus merosot.

“Meredupnya kenaikan suku bunga di Inggris menjadi awal penurunan GBPUSD, disusul dengan data inflasi serta GDP yang menunjukkan perlambatan membuat GBPUSD terus terpukul,” papar MIF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper