Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RODA Catat Backlog Rp1 Triliun, Dampak Sulitnya Penjualan

PT Pikko Land Development Tbk. masih memiliki backlog atau proyek tersedia yang belum terbukukan sebagai penjualan senilai Rp1 triliun akibat sulitnya penjualan properti.
Jajaran direksi PT Pikko Land Development Tbk. Dari kiri ke kanan, Direktur RODA SIilvana, Direktur Utama/ CEO RODA Nio Yantoni, Direktur RODA Sicilia Alexander Setiawan, Direktur RODA Joewono Witjiro Wongsodihardjo/Emanuel Caesario
Jajaran direksi PT Pikko Land Development Tbk. Dari kiri ke kanan, Direktur RODA SIilvana, Direktur Utama/ CEO RODA Nio Yantoni, Direktur RODA Sicilia Alexander Setiawan, Direktur RODA Joewono Witjiro Wongsodihardjo/Emanuel Caesario

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT Pikko Land Development Tbk. masih memiliki backlog atau proyek tersedia yang belum terbukukan sebagai penjualan senilai Rp1 triliun akibat sulitnya penjualan properti.

Nio Yantoni, Direktur Utama Pikko Land Development, mengatakan bahwa perseroan selama ini fokus pada proyek-proyek apartemen. Saat ini, kondisi bisnis properti apartemen belum terlalu menggembirakan sehingga sejumlah proyek perseroan belum berbasil terjual.

Backlog kami ada sekitar Rp1 triliun yang seharusnya kita capai tetapi tidak kita capai. Mudah-mudahan tahun 2018 ini dengan adanya perbaikan di pasar properti, kita bisa bukukan Rp400 miliar,” katanya, Rabu (25/4/2018).

Proyek-proyek perseroan berpusat di Jabodetabek, antara lain Signature Park Grande, The Thamrin District dan Menteng 37. Semuanya berlokasi di area premium dan menyasar segmen menengah atas. Selain itu, ada proyek lain di Lebak Bulus, Radio Dalam dan Senopati.

Nio mengatakan, harga unit-unit properti perseroan rata-rata adalah sekitar Rp1 miliar. Dengan demikian, ada sekitar 1.000 unit yang belum terjual.

Nio mengatakan, perseroan mengalami penurunan penjualan sejak 2016 dan berlanjut pada 2017. Tahun lalu, perseroan menargetkan pendapatan Rp650 miliar, tetapi hanya terealisasi Rp300 miliar. Pendapatan komprehensif ditargetkan Rp120 miliar, tetapi hanya terealisasi Rp40 miliar.

“Kami harapkan tahun 2018 akan ada kenaikan sedikit, tetapi belum pulih seperti tahun 2015 karena pasar high rise sekarang menurut saya demand-nya masih kurang sehingga supply-nya berlebih,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper