Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaga Stabilisasi Rupiah, Bank Indonesia Perlu Antisipasi 3 Risiko Ini

Bank Indonesia perlu mengantisipasi tiga risiko ini untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah.
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia perlu mengantisipasi tiga risiko ini untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah.

"Ini akan menjadi tantangan yang besar kalau Fed Fund rate naik dan BI menahan suku bunganya, dan kurs menjadi lemah karenanya," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam dalam acara Core Quarterly Review, Selasa (24/4/2018).

Adapun, kata Pieter, ada beberapa penyebab yang akan membuat nilai tukar rupiah terseret sepanjang tahun 2018.

Pertama, kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksikan bisa naik lebih dari 3 kali. Hal tersebut berdampak pada mengecilnya interest rete differential dan memicu capital outflow.

Adapun, interest rate differential adalah selisih dari suku bunga dua negara yang menjadi salah satu indikator bagi investor untuk menanamkan modalnya. Besarnya capital out menyebabkan kebutuhan mata uang asing meingkat dan nilai tukar mata uang garuda melemah.

Kedua, besarnya jatuh tempo utang pada tahun ini juga akan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.

"Jatuh tempo utang tahun ini tiga kali lipat lebih besar dibanding tahun lalu," katanya

Berdasarkan data kemenkeu, jatuh tempo utang pada 2018 mencapai Rp390 triliun dan 2019 mencapai Rp420 triliun.

Ketiga, cepatnya pertumbuhan impor pada kuartal I 2018 menunjukkan kebutuhan akan mata uang asing juga meningkat.

Berdasarkan data yang dioalh Core, pertumbuhan impor pada kuartal I 2018 tercatat 20% (yoy), atau lebih tinggi dari ekspornya yang hanya 9% (yoy).

Meskipun begitu, kata Pieter, dengan cadangan devisa yang masih tergolong sangat besar, dan inflasi yang masih relatif terjaga, BI masih percaya diri dalam menghadapi depresiasi nilai tukar rupiah.

"Kita yakini BI mampu karena masih mempunyai cadangan devisa yang mampu membiayai kebutuhan impor,"

Berdasarkan data BI, posisi cadangan devisa hingga akhir Maret 2018 tercatat USD126,00 miliar, masih cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2018 sebesar USD128,06 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper