Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Rugi Kurs Emiten Masih Moderat

Kerugian yang dirasakan emiten akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai tidak akan terlalu dalam. Pasalnya, mayoritas perusahaan telah melakukan lindung nilai atau hedging.
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/2/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/2/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kerugian yang dirasakan emiten akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai tidak akan terlalu dalam. Pasalnya, mayoritas perusahaan telah melakukan lindung nilai atau hedging.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, kemungkinan kerugian yang dialami oleh perusahaan-perusahaan tersebut akibat pelemahan rupiah maksimal kisaran 1,5%. Itu pun jika rupiah telah menyentuh level Rp13.900.

"Ekspektasi korporasi rupiah itu di kisaran Rp13.700, dan hedging di kisaran angka itu. Seandanya buruk, kemungkinan Rp13.900 maka kerugiannya 1,5%. Jadi tidak perlu panik," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (24/4/2018).

Dia meyakini, pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak akan berlangsung lama sehingga risiko kerugian perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dalam tahap wajar.

Di sisi lain, secara umum pelemahan rupiah memang memperberat beban emiten yang memiliki ketergantungan terhadap impor, misalnya sektor farmasi dan otomotif, di mana 40% bahan baku kedua sektor itu berasal dari impor.

Selain itu, emiten yang memiliki utang dalam bentuk dollar AS juga bakal dirugikan. Ini berbeda dengan emiten yang memiliki utang dalam bentuk mata uang lain misalnya Yen Jepang yang tidak merasakan tekanan cukup dalam.

"Kerugian ini tidak akan banyak karena walaupun korporasi rugi karena beban biaya bahan baku meningkat dan ada utang ada hedging."

Kepada Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menambahkan, pelemahan rupiah ini tidak akan berbahaya pada pasar modal karena kondisi ekonomi nasional masih bagus. Dengan kata lain, pelemahan rupiah ini murni faktor global dan dirasakan banyak negara.

Terkait lindung nilai, menurut David ada beberapa perusahaan yang masih tetap mengalami kerugian. Yakni perusahaan yang membeli bahan baku dengan dollar AS dan menjual produknya dengan rupiah.

"Kalau perusahaan yang impor dengan dollar AS dan menjualnya kembali dengan dolar AS yang dikonversi ke rupiah tetap akan untung," kata dia.

CAPITAL OUTFLOW

David menambahkan, pelemahan rupiah ini akan berdampak pada keluarnya dana asing dari pasar modal atau capital outflow. Pertimbangannya, untuk meminimalisasi terpangkasnya keuntungan.

"Rupiah lemah kalau asing investasi di saham memang untung. Tapi kalau dibawa keluar akan berkurang. Pola pikir seperti itu yang digunakan sehingga ada capital outflow."

Berdasarkan data BEI, total net sell oleh investor asing mencapai Rp659,42 miliar pada perdagangan hari ini. Investor asing melakukan aksi jual sekitar 1,02 miliar lembar saham senilai Rp2,95 triliun.

Adapun aksi beli investor asing tercatat 947,39 juta lembar saham senilai sekitar Rp2,29 triliun. Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa mencapai sekitar Rp7,57 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 11,41 miliar lembar saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper