Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Sebut Rupiah Lemah Karena Kekhawatiran terhadap Spread Suku Bunga

Analis berpendapat tertekannya rupiah terhadap dolar AS disebabkan kekhawatiran investor terhadap spread antara suku bunga Bank Indonesia dan Federal Reserve yang kian mengecil.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA—Analis berpendapat tertekannya rupiah terhadap dolar AS disebabkan kekhawatiran investor terhadap spread antara suku bunga Bank Indonesia dan Federal Reserve yang kian mengecil.

Vice President Research & Analyst PT Valbury Sekuritas Indonesia Nico Omer Joncheere mengungkapkan, pelemahan rupiah akhir-akhir ini bukan disebabkan persoalan fundamental perekonomian, karena dinilai masih positif. Namun, kekhawatiran pelaku pasar ialah mengecilnya spread antara suku bunga BI dan The Fed.

Pada 22 Maret 2018, Fed mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,50%-1,75%. Hal ini membuat selisihnya dengan 7 Days Repo Rate (7DDR) yang bertahan di level 4,25% mengecil.

“Sebetulnya tidak ada masalah fundamental. Cuma spread-nya saja yg semakin kecil. Karena Fed masih rencanakan kenaikan suku bunga. Sedangkan BI walau mereka lebih hawkish, belum ada rencana mereka mengerek suku bunga,” ujarnya, Selasa (24/4/2018).

Sikap BI yang menunda kenaikan suku bunga acuan membuat pelaku pasar panik, terutama dari kalangan investor asing. Oleh karena itu, mereka cenderung melakukan profit taking.

Tren capital outflow sudah berlangsung sejak kuartal III/2017 di pasar saham. Adapun, pasar obligasi berpotensi turut tertekan karena pertimbangan risiko investasi.

“Karena selama spread Indonesia dengan AS makin kecil, pasti orang akan mempertimbangkan risiko. Dan Indonesia sebagai emerging market memiliki profil risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju,” paparnya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (24/4/2018), rupiah menguat 86 poin atau 0,62% menjadi Rp13.889 per dolar AS. Kurs tengah BI dipatok Rp13.900 per dolar AS.

Sementara itu, net sell asing pada waktu yang sama mencapai Rp659,42 miliar. Sepanjang 2018, catatan net sell membengkak menjadi Rp30 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper