Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aluminium Berpotensi Melaju ke US$3.000

Harga aluminium diprediksi bakal melaju ke level US$3.000 per ton didorong oleh dampak sanksi Amerika Serikat terhadap Perusahaan Rusia United Co. Rusal, produsen aluminium terbesar di luar China.
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA – Harga aluminium diprediksi bakal melaju ke level US$3.000 per ton didorong oleh dampak sanksi Amerika Serikat terhadap Perusahaan Rusia United Co. Rusal, produsen aluminium terbesar di luar China.

Tercatat, harga aluminium di London Metal Exchange (LME) ditutup melambung 5% atau 114 poin menjadi US$2.399 per ton pada penutupan perdagangan Senin (16/4). Angka ini merupakan level tertinggi sejak September 2011.

Dilansir dari Bloomberg, harga aluminium telah melesat ke level tertinggi dalam lebih dari 6 tahun semenjak AS memberlakukan sanksi pembekuan bisnis terhadap Rusia, termasuk perusahaan Rusal. Lonjakan tersebut telah mendominasi perdagangan lebih dari sepekan terakhir setelah pengumuman sanksi oleh Presiden AS Donald Trump.

Berdasarkan data Indeks Komoditas Bloomberg, aluminium menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada kenaikan indeks lebih dari 2,5% pada pekan lalu, level peningkatan terbesar dalam 2 bulan. Berkontribusi besar juga pada indeks S&P GSCI yang mencatatkan kenaikan lebih dari 5% ke tingkat yang terakhir dicapai pada 2014.

Pergerakan harga yang terus melaju akibat dorongan sanksi tersebut telah mendorong konsumen bergegas mengamankan persediaan alternatif, apalagi dengan adanya kemungkinan harga menyentuh level US$3.000 per ton.

“Pasar sedang memperhatikan level US$2.800 hingga US$3.000 per ton di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan pemangkasan produksi oleh Rusal, baik karena penjualan diblokir ataupun rantai pasokan bahan baku terpengaruh,” kata Jackie Wang, analis di CRU Group. Sebagai informasi, harga aluminium di LME terakhir melampaui angka US$3.000 per ton pada 2008.

Sanksi tersebut telah mendorong perkiraan terlepasnya sekitar US$3 miliar aluminium yang diproduksi Rusal, perusahaan yang menyumbang lebih dari sepertiga kepemilikan di gudang LME. Pengiriman logam bermerk Rusal ke dalam gudang dikabarkan telah dilarang akibat pemberlakuan sanksi. Rusia tercatat menghasilkan sekitar 6% dari pasokan aluminium global.

Di sisi lain, China sebagai produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar di dunia menunjukkan data bahwa output aluminiumnya naik 4% menjadi 2,78 juta ton pada periode Maret 2018. Secara keseluruhan pada kuartal I/2018, produksi aluminium China meningkat 0,3% menjadi 8,12 juta ton.

Data Bea Cukai China juga menunjukkan, ekspor aluminium China naik 10,2% dari tahun lalu menjadi 452.000 ton pada Maret dan lebih tinggi 22,2% dari ekspor yang dicapai pada Februari sebanyak 370.000 ton.

Data pabean menuturkan bahwa pengiriman aluminium China meningkat karena arbitrase menguntungkan untuk harga LME sehingga mendorong produsen untuk mencari margin yang lebih banyak di luar negeri.

“Kami mengekspektasikan harga aluminium tetap tinggi dan volatile hingga awal Juni ketika pasar akan dipaksa untuk berdamai dengan struktur sanksi,” kata Goldman Sachs Inc dalam sebuah catatan.

“Ada risiko kenaikan signifikan dan potensi volatilitas karena pasar menemukan keseimbangan baru,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper