Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Asia Tertekan, Rupiah Lanjut Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (12/4/2018), di tengah pelemahan mata uang Asia terhadap dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (12/4/2018), di tengah pelemahan mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,14% atau 19 poin di Rp13.778 per dolar AS, setelah dibuka terapresiasi tipis 1 poin atau 0,01% di Rp13.758 per dolar AS.

Pada perdagangan Rabu (11/4), rupiah berakhir terdepresiasi tipis 8 poin atau 0,06% di posisi 13.759.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.755 – Rp13.779 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia ikut melemah sore ini, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,3%, dolar Taiwan dengan 0,27%, dan renminbi China yang terdepresiasi 0,26% pada pukul 17.11 WIB.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau rebound dan menguat 0,20% atau 0,180 poin ke level 89,748 pada pukul 17.00 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun tipis 0,069 poin atau 0,08% di level 89,499, setelah pada perdagangan Rabu (11/4) berakhir terkoreksi hanya 0,02% atau 0,019 poin di posisi 89,568.

Dilansir Bloomberg, mata uang Asia melemah terhadap dolar AS di tengah spekulasi persiapan aksi militer Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah serta pernyataan bernada hawkish dari The Federal Reserve.

Risalah rapat kebijakan The Fed pada 20-21 Maret menunjukkan kecenderungan pejabat The Fed untuk laju pengetatan suku bunga yang lebih cepat, seiring menguatnya prospek pertumbuhan dan keyakinan dalam mencapai target inflasi.

Sementara itu, Presiden Donald Trump dikabarkan masih mempertimbangkan opsi tindak militer AS terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai respons atas dugaan serangan gas kimia akhir pekan lalu.

“Pasar akan terus mengambil petunjuk dari risiko geopolitik,” ujar Sue Trinh, head of Asia FX strategy di Royal Bank of Canada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper