Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Cermati Situasi Suriah, Bursa Jepang Lanjut Terkoreksi

Koreksi bursa saham Jepang berlanjut pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (12/4/2018), saat investor mencermati meningkatnya risiko geopolitik seputar Suriah.
Bursa Jepang/Ilustrasi
Bursa Jepang/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi bursa saham Jepang berlanjut pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (12/4/2018), saat investor mencermati meningkatnya risiko geopolitik seputar Suriah.

Indeks Topix hari ini dibuka turun 0,10% atau 1,79 poin di level 1.723,51, dan berakhir melemah 0,39% atau 6,78 poin di level 1.718,52.

Dari 2.059 saham pada indeks Topix, 790 saham di antaranya menguat, 1.164 saham melemah, dan 105 saham stagnan.

Saham Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. dan Komatsu Ltd. yang masing-masing melemah 1,29% dan 3,22% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Topix pada perdagangan hari ini.

Adapun indeks Nikkei 225 hari ini berakhir turun 0,12% atau 26,82 poin di level 21.660,28, setelah dibuka dengan pelemahan 0,13% atau 29,23 poin di posisi 21.657,87.

Sebanyak 57 saham menguat, 159 saham melemah, dan 9 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.

Saham FANUC Corp. yang drop 2% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Nikkei, diikuti Tokyo Electron Ltd. (-0,90%) dan Kyocera Corp. (-1,19%).

Di sisi lain, nilai tukar yen hari ini terpantau melemah tipis 0,07% atau 0,08 poin ke posisi 106,87 per dolar AS pada pukul 14.06 WIB, setelah berakhir menguat 0,38% atau 0,41 poin di level 106,79.

Dilansir Bloomberg, perusahaan elektronik dan pembuat mesin berkontribusi sebagian besar terhadap penurunan indeks Topix setelah yen menguat terhadap dolar AS semalam.

“Yen cenderung naik dalam modus penghindaran risiko, jadi sulit bagi saham Jepang untuk mendapatkan pendorong,” kata Juichi Wako, pakar strategi di Nomura Securities Co. di Tokyo.

“Jika situasi di Suriah tenggelam menjadi kekacauan serta berkembang menjadi tindakan militer, itu dapat memicu kekhawatiran atas eskalasi dalam perang antara AS dan Rusia,” lanjutnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper