Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Pulih, Rupiah Ditutup Melemah Tipis

Rupiah ditutup melemah hanya 1 poin atau 0,01% ke posisi Rp13.767 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,01% atau 1 poin di posisi Rp13.765 per dolar AS.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis pada perdagangan hari keempat berturut-turut, Kamis (5/4/2018).

Rupiah ditutup melemah hanya 1 poin atau 0,01% ke posisi Rp13.767 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,01% atau 1 poin di posisi Rp13.765 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini rupiah bergerak fluktuatif pada kisaran Rp13.757 -- Rp13.773 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Rabu (4/4), rupiah berakhir melemah 0,02% atau 2 poin ke level Rp13.766 per dolar AS.

Sementara itu, pergerakan mata uang di Asia terhadap dolar AS mayoritas melemah, dengan hanya rupee India dan ringgit Malaysia yang terapresiasi sebesar masing-masing 0,23% dan 0,08%.

Pelemahan mata uang di Asia dipimpin yen Jepang yang terdepresiasi 0,26%, disusul yan Offshore China yang melemah 0,16%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,05% atau 0,045 poin ke level 90,187.

Dolar AS naik ke level tertinggi dua pekan karena meredanya kekawatiran investor terhadap kemungkinan perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat.

Investor telah mengawasi setiap dampak yang lebih luas dari sengketa perdagangan China-AS, setelah Beijing pada Rabu mengusulkan tarif pada impor dari AS termasuk kedelai, pesawat, mobil, daging sapi dan bahan kimia.

Namun, rebound bursa saham AS membantu dolar memperoleh kembali penguatannya setelah penasihat ekonomi Presiden Donald Trump mengatakan pemerintah sedang bernegosiasi dengan China, bukan terlibat dalam perang dagang.

"Perang perdagangan sekarang mungkin menjadi risiko nomor satu bagi investor setelah pembalasan China atas tarif impor AS, tetapi dapat memanas hingga ke arena mata uang," kata Viraj Patel, ahli strategi mata uang di ING, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper