Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hampir Seluruh Mata Uang Asia Melemah, Rupiah Ditutup Terdepresiasi Tipis

Rupiah ditutup melemah 0,01% atau 2 poin di Rp13.766 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,04% atau 6 poin di posisi Rp13.758 per dolar AS.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali ditutup di zona merah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (4/4/2018).

Rupiah ditutup melemah 0,01% atau 2 poin di Rp13.766 per dolar AS, setelah dibuka dengan penguatan 0,04% atau 6 poin di posisi Rp13.758 per dolar AS.

Rupiah tak mampu bertahan meskipun sepanjang perdagangan hari ini terus bergerak di zona hijau pada kisaran Rp13.745--Rp13.769 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Selasa (3/4), rupiah berakhir melemah 0,08% atau 11 poin ke level Rp13.764 per dolar AS.

Sementara itu, pergerakan mata uang di Asia terhadap dolar AS mayoritas melemah, hanya yen Jepang yang mampu menguat hingga 0,45%.

Pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,47%, disusul yuan Offshore China yang turun 0,41%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,13% atau 0,116 poin ke level 90.084 pada pukul 17.07 WIb.

Prospek dolar, bagaimanapun, tetap dihantui ketegangan perdagangan global. Greenback telah melemah sekitar 2,2% terhadap sejumlah mata uang utama sepanjang tahun ini.

Pada Selasa (3/4) waktu setempat, pemerintahan Trump mengumumkan tarif impor sebesar 25% atas sekitar 1.300 produk teknologi industri, transportasi, dan medis dari China dengan nilai mencapai US$50 miliar.

Kementerian Perdagangan China pun bereaksi menyatakan mengecam serta menentang rencana pengenaan tarif AS tersebut dan akan mengambil langkah-langkah balasan lebih lanjut.

“Kekhawatiran terus-menerus atas ketegangan perdagangan global cenderung membebani dolar terhadap yen,” kata Satoshi Okagawa, analis pasar global senior untuk Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Singapura, seperti dikutip Reuters.

"Dolar kemungkinan akan tertekan dan sulit naik menuju 108 yen," tambah Okagawa.

Pada saat yang sama, para analis mengatakan investor juga fokus pada rilis data laporan nonfarm payroll AS berikut komentar oleh Gubernur The Fed Jerome Powell pekan ini, demi menentukan arah kenaikan suku bunga oleh The Fed di masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper