Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepanjang Perdagangan di Zona Hijau, Rupiah Ditutup Berbalik Melemah

Rupiah ditutup berbalik melemah 0,01% atau 2 poin di Rp13.766 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi di level yang sama. Adapun pada perdagangan Rabu (28/3), rupiah berakhir terdepresiasi 0,16% atau 22 poin di posisi 13.764.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berbalk melemah pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (29/3/2018).

Rupiah ditutup berbalik melemah 0,01% atau 2 poin di Rp13.766 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi di level yang sama.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah mayoritas bergerak di zona hijau pada kisaran Rp13.744--Rp13.773 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Rabu (28/3), rupiah berakhir terdepresiasi 0,16% atau 22 poin di posisi 13.764.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia menguat terhadap dolar AS, dipimpin won Korea Selatan yang menguat 0,45%, disusul yen Jepang yang naik 0,22%.

Di sisi lain, rupee India memimpin pelemahan mata uang di Asia dengan depresiasi 0,31%, disusul ringgit Malaysia yang melemah 0,12%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,04% atau 0,036% ke level 90.094 pada pukul 16.23 WIb.

Sebelumnya indeks dolar dibuka naik 0,043 poin atau 0,05% di level 90,101, setelah pada perdagangan Rabu (28/3) berakhir naik 0,77% di posisi 90,058.

Greenback mempertahankan penguatannnya setelah kenaikan besar pada sesi sebelumnya, tetapi para pelaku pasar mengatakan prospek dolar tetap negatif karena menuju penurunan selama empat kuartal berturut-turut.

Dilansir Reuters, pasar global terguncang bulan ini ketika Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor pada barang-barang China dan Beijing mengancam melakukan langkah serupa.

Namun, kekhawatiran perang perdagangan penuh telah mereda menyusul harapan bahwa negosiasi dapat membawa kompromi, mendorong investor untuk membeli dolar.

Arus akhir kuartal dan akhir bulan juga telah mendorong dolar sebagai aset global dan fund manager menyeimbangkan kembali portofolio mereka. Data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS kuartal keempat melambat kurang dari perkiraan juga mendukung greenback.

Bagaimanapun, analis mengatakan lonjakan dolar minggu ini tampak berlebihan, dan banyak alasan struktural untuk penurunan mata uang AS, defisit perdagangan dan anggaran serta pengetatan moneter di negara lain, masih ada.

"Apakah proteksionisme AS baik atau buruk? Pasar sangat ragu-ragu tentang ini, tetapi penguatan dolaedikit terlalu berani," kata Ulrich Leuchtmann, kepala analis di Commerzbank, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper