Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kompak Melemah Bersama Mayoritas Mata Uang Asia

Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (28/3/2018), seiring pelemahan mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (28/3/2018), seiring pelemahan mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,16% atau 22 poin di Rp13.764 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi tipis 4 poin atau 0,03% di posisi Rp13.746 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Selasa (27/3), rupiah berakhir terdepresiasi tipis 0,03% atau 4 poin di posisi 13.742.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.729 – Rp13.767 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS, dipimpin rupee India yang melemah 0,37%, diikuti yen Jepang yang terdepresiasi 0,32%.

Di sisi lain, ringgit Malaysia memimpin apresiasi beberapa mata uang Asia dengan penguatan sebesar 0,32%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,12% atau 0,108 poin ke level 89,480 pada pukul 16.52 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,047 poin atau 0,05% di level 89,325, setelah pada perdagangan Selasa (27/3) berakhir menguat 0,39% atau 0,345 poin di posisi 89,372.

Greenback sebelumnya terdorong turun dari kisaran level tertinggi yang dicapai dalam semalam menyusul pelemahan yang dialami bursa saham AS.

“Dolar AS kehilangan sedikit daya tarik akibat pelemahan pasar ekuitas, menyusul laporan media terbaru tentang kebijakan perdagangan AS,” kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi valas di Mizuho Securities, seperti dikutip Reuters.

Dia mengacu pada laporan Bloomberg yang menyatakan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan menggunakan undang-undang yang diperuntukkan bagi darurat nasional dalam hal tindakan keras terhadap sejumlah investasi China.

“Ancaman dari penghindaran risiko habis-habisan yang disebabkan oleh kekhawatiran perdagangan telah mereda, tetapi beberapa langkah 'mengindari risiko' kemungkinan akan terus mempengaruhi mata uang selama ketidakpastian masih ada,” lanjut Yamamoto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper