Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perselisihan Dagang AS-China Jadi Peluang Emiten Perkayuan

Perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang memanas akhir-akhir ini dapat menjadi peluang bagi emiten perkayuan untuk memacu penjualan ekspor.
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA—Perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang memanas akhir-akhir ini dapat menjadi peluang bagi emiten perkayuan untuk memacu penjualan ekspor.

Direktur Keuangan PT Integra Indocabinet Tbk., (WOOD) Wang Sutrisno menuturkan, sejumlah negara pelanggan ekspor perusahaan memang mulai beralih dari pembelian di pasar China. Pasalnya, harga furnitur di Negeri Panda semakin mahal.

“Beberapa customer [pasar luar negeri] kami yang membeli dari China itu keluar [dari China], karena mereka melihat harga di sana semakin mahal,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (26/3/2018).

Ketika pasar berpaling dari China, mereka mencari sumber-sumber mebel kayu di Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif karena material bahan baku yang bagus dan harganya murah.

Menurut Wang, semakin mahalnya harga furnitur di China dan ditambah isu perang dagang dengan AS, dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha di dalam negeri untuk meningkatkan ekspor hasil perkayuan ke Paman Sam.

“Adanya trade war membuat kami mengantisipasi adanya lonjakan permintaan dari AS. Selama ini, furnitur China yang dikirim ke AS jumlahnya sangat besar, cukup jauh persentasenya dibandingkan dengan Indonesia,” paparnya.

Dia menyampaikan, AS menjadi pasar ekspor utama Integra Indocabinet yang menyerap 40%-50% dari total produksi mebel perseroan setiap tahunnya. Pada 2018, Wang berpendapat pengapalan furnitur ke AS dapat semakin meningkat.

Sementara itu, Coordinator Corsec & Government PT SLJ Global Tbk., (SULI) menyampaikan bahwa perusahaan masih menunggu dan melihat perihal dampak perang dagang antara AS dan China.

“AS merupakan salah satu konsumen utama kami. Kami masih mempertimbangkan dulu dampaknya,” tuturnya.

Pada 2017, AS berkontribusi 28% dari total penjualan kayu lapis perseroan. Pasar utama yang menyerap plywood SULI ialah Korea Selatan sebesar 46%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper