Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengelolaan Manajemen Jadi Hambatan Rumah Sakit Swasta Lakukan IPO

Manajemen pengelolaan menjadi kendala bagi rumah sakit swasta untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Pasalnya, kebanyakan rumah sakit dikelola oleh dokter yang juga bertugas menjadi melayani pasien.
IGD RS Mitra Keluarga Kalideres/mitrakeluarga.com
IGD RS Mitra Keluarga Kalideres/mitrakeluarga.com

Bisnis.com, JAKARTA - Manajemen pengelolaan menjadi kendala bagi rumah sakit swasta untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Pasalnya, kebanyakan rumah sakit dikelola oleh dokter yang juga bertugas menjadi melayani pasien.

Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Susi Setiawaty mengatakan, selain manajerial persyaratan yang cukup rumit juga menjadi kendala perusahaan rumah sakit swasta untuk melantai di bursa.

"Tantangannya adalah corporate governance dan tahapan yang banyak. Tentunya kami dari rumah sakit swasta juga memerlukan persiapan yang matang dan panjang untuk melakukan IPO," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (22/3/2018).

Susi menambahkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pebisnis rumah sakit untuk mengembangkan bisnisnya, antara lain menjadi perusahaan publik, menjalin kemitraan dengan investor, serta memanfaatkan dana perbankan. Dari ketiga itu, cara yang paling efektif adalah menjadi perusahaan publik.

Ada empat rumah sakit yang sukses menjadi perusahaan publik. Yakni Mitra Keluarga melalui PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), Omni Hospital melalui PT Sarana Meditama Metropolotan Tbk. (SAME), PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) yang mengembangkan Mayapada Hospital, dan PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO).

"EMpat rumah sakit yang sudah IPO itu sukses dan berkembang. Karena memang salah satu cara agar perusahaan berkembang mencari dana di pasar modal," ujarnya. Kata dia, satu lagi perusahaan yang akan melakukan IPO adalah Hermina Hospital Group.

Head of Institution Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menilai, banyaknya tenaga medis atau dokter yang terlibat dalam operasional menjadi kendala rumah sakit swasta menjadi perusahaan publik.

Menurutnya, rumah sakit besar selalu menggunakan tenaga profesional untuk menangani operasional perusahaan. Adapun tenaga medis murni sebagai sumber daya manusia atau pelayan masyarakat sehingga aktivitas bisnis tidak mengganggu kualitas pelayanan.

"Rumah sakit kebanyakan dimiliki dokter, dan dia ikut dalam operasional. Rumah sakit profesional di luar negeri ataupun di dalam negeri seperti SILO dan MIKA operasionalnya dipegang profesional untuk menghindari konflik kepentingan," jelasnya.

Dia menambahkan, di masa mendatang emiten rumah sakit masih sangat potensial. Bahkan menurutnya rumah sakit menjadi salah satu sektor yang paling dicari oleh investor asing. Hanya saja sejauh ini emiten rumah sakit masih sangat sedikit.

Adapun yang paling potensial menurutnya adalah rumah sakit dengan spesifikasi tertentu. "Rumah sakit dengan spesifikasi penanganan tertentu akan dicari investor. Ini menjadi pertimbangan investasi yang menarik."

Sejauh ini, kinerja emiten rumah sakit juga cukup memuaskan. Dari dua emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan sepanjang 2017, semua berhasil mencatatkan pertumbuhan. Total pendapatan SILO sepanjang tahun lalu tercatat mencapai Rp5,48 triliun.

Angka tersebut naik sebesar 13,15% dibandingkan total pendapatan perseroan yang berhasil dicapai pada tahun sebelumnya yang hanya senilai Rp5,16 triliun. Beban pokok pendapatan perseroan juga meningkat 15,08% dari Rp3,64 triliun pada 2016 menjadi Rp4,19 triliun pada tahun lalu.

Adapun laba bruto yang berhasil dicatatkan perseroan pada tahun lalu senilai Rp1,65 triliun, naik tipis yakni sebesar 8,47% dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp1,52 triliun. Sementara itu, laba usaha perseroan turun sebesar 1,08% dari Rp221,69 miliar menjadi Rp219,28 miliar.

Sedangkan laba sebelum pajak berhasil naik dari Rp172,29 miliar pada 2016 menjadi Rp200,03 miliar pada tahun lalu atau tumbuh sebesar 16,1%.

Sementara itu, SAME itu berhasil mencatatkan laba neto mencapai Rp72,01 miliar, melonjak cukup drastis yakni lebih dari 300% dibandingkan laba bersih yang dicatatkan perseroan pada tahun sebelumnya yakni senilai Rp14,79 miliar.

Kenaikan laba itu disebabkan oleh pendapatan jasa yang sepanjang tahun lalu tercatat mencapai Rp775,56 miliar, naik sebesar 22,13% dibandingkan pendapatan jasa pada 2016 yang hanya senilai Rp635,02 miliar.

Beban pokok pendapatan pada tahun lalu mencapai Rp418,92 miliar, naik sebesar 23,48% dibandingkan 2016 yang hanya Rp339,25 miliar. Alhasil, laba bruto perseroan naik sebesar 20,58% dari Rp295,76 miliar pada 2016 menjadi Rp256,63 miliar pada tahun lalu.

Total beban usaha perseroan pada tahun lalu juga meningkat dibandingkan sebelumnya, yakni sebesar 11,4% dari Rp179,21 miliar pada 2016 menjadi Rp199,65 miliar pada tahun lalu. Adapun laba usaha pada tahun lalu menembus Rp156,98 miliar, naik sebesar 34,69% dibandingkan 2016 yang hanya Rp116,55 miliar.

Perubahan yang signifikan juga terjadi pada beban lain-lain perseroan yang pada tahun lalu hanya tercatat Rp60,37 miliar atau turun sebesar 32,41% dibandingkan beban pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp89,33 miliar.

Sehingga, laba sebelum beban pajak penghasilan SAME mencapai Rp96,6 miliar. Angka tersebut naik sebesar 255% dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya yang tercatat hanya mencapai Rp27,21 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper