Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Timur Tengah Ikut Andil Dongkrak Harga Minyak

Harga minyak mengalami penguatan di tengah kondisi menegangnya Timur Tengah yang diindikasikan dari adanya pertemuan antara Saudi Arabia dan Amerika Serikat pada Selasa (20/3).
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mengalami penguatan di tengah kondisi menegangnya Timur Tengah yang diindikasikan dari adanya pertemuan antara Saudi Arabia dan Amerika Serikat pada Selasa (20/3).

Pada perdagangan Rabu (21/3) pukul 10.33 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak teraktif Mei 2018 menguat 0,14 poin atau 0,22% menjadi US$63,68 per barel di New York Merchantile Exchange. Kontrak WTI April berakhir pada US$63,40 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi sejak 26 Februari.

Adapun, pada waktu yang sama harga Brent melonjak 0,16 poin atau 0,24% menuju US$67,58 per barel di ICE Futures yang berbasis di London setelah ditutup menguat di level US$67,42 per barel. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih mahal US$3,88 dibandigkan WTI untuk bulan yang sama.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menuturkan, harga minyak melanjutkan kenaikan pada awal perdagangan Rabu (21/3) didukung oleh ketegangan di Timur Tengah di samping sehatnya permintaan global.

“Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman telah meningkatkan spekulasi pasar bahwa AS dapat menerapkan sanksi terhadap Iran setelah adanya kritik terbaru terhadap kesepakatan nuklir di 2015,” paparnya dalam publikasi risetnya hari ini, Rabu (21/3/2018).

Menurut Faisyal yang mengutip pernyataan analis pasar di AxiTrader Greg McKenna, kehadiran Pangeran Saudi di Washington merupakan kejelasan adanya peningkatan tekanan kepada Iran dan menjadi penggerak utama untuk komoditas minyak mentah.

Menurut Lembaga Konsultan energi FGE, kemungkinan AS akan memberikan sanksi kembali kepada Iran sehingga dapat menyebabkan penurunan ekspor sebesar 250.000-500.000 barel per hari hingga akhir tahun.

Harga juga didorong oleh laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS jatuh 2,74 juta barel pekan lalu. Ini akan menjadi penurunan terbesar sejak awal Januari jika dikonfirmasi oleh data resmi pemerintah melalui Energy Information Administration (EIA) hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper