Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Kurs Asia Tertekan, Rupiah Ditutup Terdepresiasi ke Rp13.761

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 13 poin atau 0,09% ke level Rp13.761 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 12 poin di posisi Rp13.760 per dolar AS.
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah tertekan dan ditutup melemah pada pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (21/3/2018).

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 13 poin atau 0,09% ke level Rp13.761 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 12 poin di posisi Rp13.760 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Selasa (20/3), rupiah berakhir menguat 17 poin atau 0,12% di posisi Rp13.748. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.753 – Rp13.765 per dolar AS.

Rupiah melemah di saat mata uang lain di kawasan Asia juga bergerak mayoritas melemah terhadap dolar AS, dengan won Korea Selatan turun 0,34%, paling signifikan di antara mata uang lainnya.

Di sisi lain, yen Jepang menguat paling signifikan dengan apresiasi 0,23%, disusul yuan Offshore Spot China yang menguat 0,09%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,25% atau 0,223 poin ke level 90,148 pada pukul 16.55 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,03% atau 0,028 poin di level 90,399, setelah pada perdagangan Selasa (20/3) berakhir menguat 0,68% atau 0,606 poin di posisi 90,371.

Dolar AS melemah saat investor mengantisipasi kenaikan suku bunga dalam pertemuan kebijakan The Federal Reserve yang berakhir hari ini waktu setempat.

Investor juga menanti-nantikan petunjuk dari bank sentral AS tersebut mengenai laju kenaikan suku bunga tahun ini. Pada saat yang sama, kekhawatiran akan perang dagang tetap membuat pelaku pasar keuangan berhati-hati.

Meskipun telah mengantisipasi pengumuman kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin, pasar ragu apakah The Fed akan mengisyaratkan penaikan suku bunga sebanya tiga atau empat kali untuk tahun ini secara keseluruhan.

“Bobot signifikan terhadap empat kali kenaikan tahun ini dapat menyebabkan aksi jual pada pasar ekuitas,” ujar Jonathan Sheridan, analis di FIIG Securities di Sydney, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper