Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adaro (ADRO) Tak Begitu Terpengaruh Aturan DMO Batu Bara

PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) mengklaim peraturan domestic market obligation (DMO) yang menetapkan batas atas harga batu bara US$70 per ton tidak berdampak signifikan bagi kinerja perseroan.
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA-PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) mengklaim peraturan domestic market obligation (DMO) yang menetapkan batas atas harga batu bara US$70 per ton tidak berdampak signifikan bagi kinerja perseroan.

Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, pengaruh finansial terhadap perusahaan terkait peraturan DMO tidak terlalu besar. Pasalnya, Adaro menjalankan operasional yang cukup efisien.

Dalam Keputusan Menteri ESDM no. 1395 k/30/MEM/2018 tentang Harga Jual Batu Bara untuk Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum, harga acuan ditetapkan US$70 per ton untuk spesifikasi 6.322 Kcal/kg.

"Tapi mungkin karena ada kebijakan itu, pajak dari Adaro akan berkurang [pada 2018], karena pembatasan harga jual dalam negeri," tuturnya di Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan, Selasa (20/3/2018).

Pada tahun lalu, Adaro Energy membayar royalti sebesar US$346 juta dan US$428 juta kepada negara dalam bentuk pajak.

Menurutnya, pemerintah tentunya sudah mempertimbangkan dampaknya positif dan negatif perihal kebijakan DMO. Salah satunya ialah mendukung PLN untuk tidak menaikkan harga listrik sampai 2019.

Terkait kontribusi pasar dalam dan luar negeri, dia menyebutkan, Adaro Energy biasa menjaga kapasitas domestik 23%-25%, dan selebihnya ekspor. Dengan adanya peraturan Kepmen ESDM yang baru, perusahaan akan memertahankan komposisi tersebut.

Pada 2018, perusahaan membidik produksi batu bara sebesar 54--56 juta ton. Volume itu meningkat dari realisasi 2017 sebesar 52,64 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper