Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Kurs Asia Melemah, Rupiah Tertekan di Hari Ketiga

Rupiah ditutup terdepresiasi 0,1% atau 14 poin di Rp13.765 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 19 poin atau 0,14% di posisi Rp13.770 per dolar AS.
Ilustrasi./Bisnis
Ilustrasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah di awal perdagangan pekan ini, Senin (19/3/2018).

Rupiah ditutup terdepresiasi 0,1% atau 14 poin di Rp13.765 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 19 poin atau 0,14% di posisi Rp13.770 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Jumat pekan lalu (16/3), rupiah berakhir melemah 0,01% atau 2 poin di posisi 13.751. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.760 – Rp13.777 per dolar AS.

Rupiah melemah di saat mata uang lain di kawasan Asia mayoritas melemah terhadap dolar AS, dengan won Korea melemah 0,5%, disusul ringgit Malaysia yang turun 0,24%.

Di sisi lain, baht Thailand menguat paling tajam dengan apresiasi 0,08%, disusul yen Jepang yang menguat 0,07%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,03% atau 0,027 poin ke level 90,206 pada pukul 17.01 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di melemah 0,031 poin atau 0,03% di level 90,202, setelah pada perdagangan Jumat (16/3) berakhir menguat 0,1% atau 0,094 poin di posisi 90,233.

Dilansir Reuters, dolar AS cenderung bergerak sideways pada perdagangan hari ini karena pasar keuangan menantikan kenaikan suku bunga acuan AS pertama tahun ini dari Federal Reserve.

Dengan pertemuan kebijakan moneter pertama Gubernur The Fed Jerome Powell minggu ini, investor akan mengamati dengan seksama apakah Powell mengalihkan ekspektasi kenaikan suku bunga di masa depan.

Penghindaran risiko juga terlihat di pasar keuangan dengan saham berjangka di Eropa mulai melemah dan indeks volatilitas menguat karena menteri keuangan dari 20 negara besar bertemu untuk pertemuan G20 pada hari Senin.

"Ada sedikit risiko dari sentimen yang mendukung dolar," kata John Marley, kepala analis valuta asing di Infinity International, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper