Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Sukri SR-010 Terendah Sejak 2011, Bagaimana Tanggapan Analis?

Penetapan kupon yang terlampau rendah pada instrumen sukuk ritel SR-010 tahun ini menyebabkan minat investor menurun tajam menjadi hanya Rp8,44 triliun, atau terendah sejak seri SR-003 pada 2011 lalu.
Sukuk Negara Ritel seri SR-010 mulai diperdagangkan Jumat (23/2/2018). Bisnis/Emanuel B. Caesario
Sukuk Negara Ritel seri SR-010 mulai diperdagangkan Jumat (23/2/2018). Bisnis/Emanuel B. Caesario

Bisnis.com, JAKARTA—Penetapan kupon yang terlampau rendah pada instrumen sukuk ritel SR-010 tahun ini menyebabkan minat investor menurun tajam menjadi hanya Rp8,44 triliun, atau terendah sejak seri SR-003 pada 2011 lalu.

Sukuk ritel atau sukri SR-010 hanya menawarkan tingkat kupon 5,9%, turun 100 bps dibandingkan emisi sukri tahun lalu, yakni SR-009 yang sebesar 6,9%. Padahal, kupon sukri tahun lalu pun sudah tergolong rendah dibandingkan emisi seri-seri sebelumnya.

Tahun lalu, penerbitan sukri SR-009 hanya mencapai Rp14 triliun, turun tajam dibandingkan sukri SR-008 tahun 2016 yang mencapai Rp31,5 triliun dengan tingkat kupon 8,3%.

Jumlah investor yang terlibat dalam pembelian sukri SR-010 tahun ini pun turun signifkan, menjadi hanya 17.922 investor. Padahal, tahun lalu investornya masih 29.838 orang. Jumlah investor terbanyak adalah pada seri sukri SR-006 tahun 2014, yakni 34.692 orang.

Anil Kumar, Head of Fixed Income Research Ashmore Asset Management Indonesia, mengatakan bahwa capaian yang rendah ini memang sejalan dengan imbal hasil yang ditawarkan, yang memang tergolong rendah.

Adapun, saat membuka masa penawaran instrumen ini pada 23 Februari 2018, pemerintah mengatakan tidak menetapkan target khusus penjualannya.. Namun, dalam siaran pers pengumuman hasil penjualan sukri SR-010 kemarin, pemerintah mengungkapkan targetnya adalah Rp8,1 triliun.

Dengan demikian, realisasi penjualan sebesar Rp8,44 triliun menunjukkan capaian yang sedikit lebih tinggi dari target penjualan atau kuota awal yang diberikan pada 22 agen penjual.

Anil mengatakan, capaian yang melebihi target menunjukkan minat investor ternyata lebih tinggi dibandingkan proyeksi yang diantisipasi pemerintah. Pemerintah tahu bahwa minat investor tidak akan setinggi sebelumnya, sehingga misi penerbitan kali ini memang adalah untuk menekan biaya dana pemerintah.

“Artinya, investor yang membeli ini adalah yang needs, yang unik, khusus dan memang mau berinvestasi di obligasi karena tidak ada pilihan lain. Ada market khusus yang seperti ini. Sisanya adalah yang mengejar imbal hasil dan mereka tidak masuk dalam penawaran sukri kali ini,” katanya, Senin (19/3/2018).

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritar Indonesia, mengatakan bahwa satu-satunya penyebab dari rendahnya minat investor dalam penerbitan sukri kali ini adalah soal kupon, bukan karena kurangnya sosialisasi.

Strategi pemerintah untuk melibatkan lebih banyak agen perbankan dalam penjualan sukri ini pun tujuannya tidak lain adalah untuk memperluas jangkauan pasar, memanfaatkan jaringan bank yang memang sudah luas. Hanya 2 dari 22 agen sukri tahun ini yang berasal dari perusahaan sekuritas, yakni PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. dan PT MNC Sekuritas.

“Penyebab utamanya karena pemerintah terlalu berani untuk menawarkan dengan bunga yang rendah, padahaldi tengah kondisi bank yang juga masih berebut dana pihak ketiga dan masyarakat yang cari keuntungan investasi tinggi,” katanya.

Kupon yang ditawarkan pemerintah dalam penerbitan sukri tahun ini hampir sama dengan tingkat yield surat utang negara tenor 3 tahun yang menjadi acuannya pada saat tanggal penetapan kupon.

Beberapa hari setelahnya, yield SUN 3 tahun justru sudah lebih tinggi dari kupon sukri tersebut. Bahkan, hingga perdagangan kemarin, yield SUN 3 tahun justru sudah di posisi 6,12%, lebih tinggi 22 bps dari kupon sukri SR-010.

Padahal, di seri-seri sebelumnya pemerintah kerap memberikan tingkat kupon premium dibandingkan yield di pasar sekunder untuk menarik minat investor ritel.

Ramdhan menilai, strategi pemerintah yang kini lebih menekankan pada penurunan biaya dana surat utang di satu sisi memang mambantu meringankan beban utang pemerintah, tetapi di sisi lain misi pendalaman pasar melalui pelibatan semakin banyak investor ritel menjadi sedikit terabaikan.

“Di satu sisi mungkin pemerintah anggap pasar sudah cukup terbentuk, tinggal pengembangan saja sehingga tidak lagi memberi kupon premium yang lebih tinggi terhadap SUN acuan. Seharusnya jangan berhenti, memperluas pasar harus tetap dilakukan karena pasar ritel kita masih sangat kecil,” katanya.

Ramdhan sangat menyayangkan penerbitan sukri maupun obligasi ritel Indonesia (ORI) yang terlampau rendah, sebab prosesnya sangat panjang dan dengan biaya yang lebih tinggi. Padahal, lelang-lelang seri SUN atau sukuk mingguan yang prosesnya lebih sederhana bisa menghasilkan permintaan lebih tinggi dari investor institusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper