Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan, IHSG Mengakhiri Sesi I di Zona Merah

IHSG melemah 0,62% atau 39,06 poin ke level 6.282,84 di akhir sesi I, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,02% atau 1,51 poin di level 6.323,41.
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Senin (19/2/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Senin (19/2/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (16/3/2018).

IHSG melemah 0,62% atau 39,06 poin ke level 6.282,84 di akhir sesi I, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,02% atau 1,51 poin di level 6.323,41.

Adapun pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (15/3/2018), IHSG ditutup melemah 0,95% atau 60,72 poin ke level 6.321,90.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak pada kisaran 6.236,23 - 6.328,79. Sebanyak 116 saham menguat, 212 saham melemah, dan 244 saham stagnan dari 572 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Delapan dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif, dengan tekanan utama dari sektor infrastruktur yang melemah 1%, disusul sektor finansial yang turun 0,88%.

Adapun hanya sektor industri dasar yang menguat 0,17% dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut.

Sementara itu, pergerakan indeks saham lainnya di Asia Tenggara terpantau melemah siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura turun 0,18%, indek FTSE Malay KLCI melemah 0,2%, indeks PSEi Filipina melemah 0,04%, dan indeks SE Thailand turun 0,1%.

Indeks saham lain di Asia lainnya juga terpantau melemah, dengan indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,68%, indeks Kospi Korsea Selatan melemah 0,41%, dan indeks Shanghai Composite melemah 0,12%.

Dilansir Reuters, bursa saham Asia tertekan menyusul meningkatnya gejolak pada pemerintahan AS yang makin menekan sentimen, setelah sebelumnya diliputi oleh kekhawatiran bahwa tarif impor AS dapat melukai ekonomi global dan memicu perang dagang.

Sebelumnya, New York Times melaporkan bahwa Penasihat Khusus AS Robert telah mengeluarkan surat perintah untuk meminta dokumen yang berkaitan dengan bisnis Presiden Donald Trump di AS.

Hal tersebut menambah ketidakpastian politik AS menyusul kepergian dua pejabat penting, mantan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan penasihat ekonomi utama Gary Cohn, dari pemerintahan Trump.

Laporan awal pekan ini bahwa Trump berusaha menerapkan tarif kepada impor China yang mencapai US$60 miliar meningkatkan kekhawatiran investor bahwa pemerintah semakin condong ke proteksionisme.

"Tampaknya bagi Trump, hanya kebijakan 'America Pertama’ yang tersisa untuk meningkatkan popularitasnya dan untuk terpilih kembali," kata Hiroko Iwaki, analis senior di Mizuho Securities, seperti dikutip Reuters..

"Sulit untuk mengharapkan ketidakpastian politik akan segera hilang," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper