Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Melemah ke Level 6.321,9, Ini Kata Bos BEI

Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat dituding sebagai penyebab adanya tren pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (kanan) didampingi Direktur Chaerudin Berlian (kiri) berbincang dengan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, di Jakarta, Jumat (2/2)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (kanan) didampingi Direktur Chaerudin Berlian (kiri) berbincang dengan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, di Jakarta, Jumat (2/2)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat dituding sebagai penyebab adanya tren pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Pada penutupan perdagangan Kamis (15/3), IHSG melemah 60,72 poin atau 0,95% menjadi 6.321,90. Posisi indeks pun menjadi melemah 0,53% secara year to date (YTD), setelah sebelumnya cenderung menghijau.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, ada tiga faktor yang mempengaruhi pergerakan indeks. Pertama kondisi ekonomi, kedua emiten, dan ketiga persepsi.

Secara kondisi ekonomi, kata dia, saat ini cukup stabil. Adapun pelemahan rupiah yang terjadi belakangan bukan disebabkan karena kinerja ekonomi yang buruk, melainkan karena kondisi dollar AS yang cukup kuat.

Sedangkan dari sisi emiten, jelasnya, sejauh ini cukup memuaskan. Dari seitar 70 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangan, rata-rata pertumbuhan net income di atas 21%. Kata dia, selama kinerja emiten bagus maka pemulihan indeks akan terjadi dengan cepat.

"Yang jadi masalah sekarang persepsi. Proteksi yang dilakukan AS bertentangan dengan prinsip globalisasi dan kalau ini diteruskan bisa ada perubahan," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (15/3/2018).

Dengan demikian, dari sisi eksternal faktor yang mempengaruhi pelemahan indeks murni karena dampak dari aksi proteksi yang dilakukan Pemerintahan Donald Trump.

Adapun dari dalam negeri, satu-satunya faktor yang berpengaruh adalah likuiditas perbankan. Pasalnya saat ini adalah momentum masyarakat membayar pajak tahunan, yang bersamaan dengan pilkada serentak, pelaksanaan Asian Games, serta penyelenggaraan Piala Dunia.

Rangkaian peristiwa tersebut akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga dana perbankan berpotensi terpangkas. "Likuiditas perbankan pasti terganggu karena ini bersamaan semua dan memang tidak bisa terkontrol," imbuhnya.

Sementara itu, terkait dengan aksil jual yang dilakukan oleh investor asing menurutnya tidak perlu dirisaukan. Sebab disaat bersamaan banyak investor asing yang masuk ke apsar modal Tanah Air dengan perbandingan 1:1.

Dia menambahkan, aksi jual asing ini dampak dari tekanan pasar global. Tito meyakini tidak lama lagi aksi ini akan terhenti dan dana yang keluar akan kembali masuk ke Indoneisa. "Tekanan ini hanya sementara karena produk [emiten] kita bagus."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper