Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Posisi Waspada Menjelang Rapat Dewan Moneter AS

Mata uang rupiah bergerak cukup kuat pada pekan ini kendati masih dibayang-bayangi kewaspadaan di tengah tekanan eksternal selama menjelang pertemuan The Federal Reserve pada pekan depan.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah bergerak cukup kuat pada pekan ini kendati masih dibayang-bayangi kewaspadaan di tengah tekanan eksternal selama menjelang pertemuan The Federal Reserve pada pekan depan.

Pada perdagangan Rabu (14/3), rupiah dibuka menguat di level Rp13.749 per dolar AS setelah ditutup menguat di level Rp13.752 per dolar AS pada sesi perdagangan sebelumnya. Pada pukul 14.00 WIB rupiah menguat 0,10% menuju Rp13.735 per dolar AS.

Hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.723-Rp13.749 per dolar AS. adapun, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, kurs rupiah menyentuh posisi Rp13.739 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menuturkan bahwa rupiah masih terus bergerak fluktuatif menjelang pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) yang akan berlangsung pada 20-21 Maret 2018 mendatang.

“Sentimen ekspektasi kenaikan suku bunga dan potensi perang dagang dinilai menjadi sentimen utama berfluktuasinya pergerakan mata uang Garuda,” papar Otunuga di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Ekspektasi kenaikan suku bunga AS lebih dari tiga kali bakal memberi dorongan kenaikan pada mata uang Paman Sam dan menekan rupiah. Di samping itu, peraturan Presiden AS Donald Trump terkait bea masuk baja dan aluminium turut berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah.

Tarif Trump tersebut dinilai menimbulkan ketidakpastian perekonomian. “Secara teori membantu emerging market, namun pada saat bersamaan, ketidakpastian tersebut menyebabkan risiko pada pasar modal dan mempengaruhi IHSG,” papar Otunuga, Rabu (14/3/2018).

Kendati ekspektasi kenaikan suku bunga telah menekan rupiah selama ini, namun Otunuga mengatakan, secara internal, sentimen positif perekonomian Indonesia serta peran bank sentral dalam peran sebagai stabilisator diprediksi akan dapat mendukung rupiah.

“BI masih menerapkan status quo karena kebijakan sudah berhasil menciptakan stabilitas pasar. Mungkin sebelum pertemuan The Fed, mereka [BI] perlu lebih ekstra memperhatikan apa yang akan terjadi,” ujar Otunuga.

Dalam kesempatan yang berbeda, Bank Indonesia meyakini adanya peluang yang cukup besar bagi rupiah untuk kembali menguat, terutama pascapertemuan FOMC. Hal tersebut ditopang oleh data ekonomi domestik yang cenderung positif.

“Kami meyakini bahwa rupiah akan bisa menguat jika fundamental kita tidak melemah,” papar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulferdi di Gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

“Terkoreksinya pasar keuangan global, terutama menjelang FOMC, nilai tukar kita [rupiah] diperkirakan akan rebound, kembali ke level yang lebih kuat,” lanjut Doddy, meski tidak menyebutkan detail level tersebut.

Doddy menambahkan bahwa kendati level rupiah saat ini tidak menunjukkan level fundamental, namun tingkat volatilitas rupiah dinilai masih cukup baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper