Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tetap Terapresiasi Bersama Mayoritas Mata Uang Asia

Nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan apresiasinya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (13/3/2018), seiring dengan penguatan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan apresiasinya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (13/3/2018), seiring dengan penguatan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,09% atau 13 poin di Rp13.752 per dolar AS. Pagi tadi rupiah dibuka dengan apresiasi tipis 2 poin atau 0,01% di posisi Rp13.763 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Senin (12/3), rupiah berakhir menguat 0,23% atau 32 poin di posisi 13.765. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.738 – Rp13.765 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik 0,19% atau 0,171 poin ke level 90,066 pada pukul 17.02 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,005 poin atau 0,01% di level 89,900, setelah pada perdagangan Senin (12/3) berakhir melemah 0,22% atau 0,198 poin di posisi 89,895.

“Pelemahan dolar AS terhadap rupiah datang dari pelemahan dolar AS yang terlihat semalam,” ujar Wu Mingze, seorang pedagang di INTL FCStone Singapura, seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, terdapat pula perkiraan bahwa potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve bulan ini akan tetap membebani kinerja rupiah.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia terpantau menguat sore ini, dipimpin rupee India dengan 0,23% dan ringgit Malaysia yang menguat 0,18%.

“Mata uang Asia terus diperdagangkan dengan baik saat tanda-tanda bahwa ekspansi ekonomi AS tetap kuat mengimbangi kekhawatiran seputar langkah pengetatan The Fed,” kata Khoon Goh, kepala riset Asia di ANZ.

“Momentum ekspor Asia yang masih kuat dilihat dari data terakhir, dan ajakan Korea Utara untuk melakukan pembicaraan dengan AS telah mengurangi beberapa premium risiko geopolitik
terhadap aset-aset Korea,” tambahnya.

Investor saat ini sedang menantikan data inflasi AS yang akan dirilis pada hari ini waktu setempat, demi mendapatkan petunjuk tentang laju pengetatan suku bunga oleh The Fed dan sebagai pendorong untuk pergerakan selanjutnya dalam mata uang Asia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper