Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Pasar Obligasi Diproyeksi Mereda

PT Maybank Kim Eng Sekuritas menilai tekanan yang terjadi pada pasar obligasi sepanjang sisa tahun ini tidak akan lagi terlampau tinggi seperti yang sudah terjadi sebulan belakangan setelah pasar price in terhadap sentimen-sentimen yang ada.
Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Alpino Kianjaya (tengah), bersama Direktur Nicky Hogan (kanan) mendengarkan pembicaraan Direktur Utama PT Maybank Kim Eng Sekuritas Wilianto Lee, sebelum membuka perdagangan saham, di galeri BEI Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Alpino Kianjaya (tengah), bersama Direktur Nicky Hogan (kanan) mendengarkan pembicaraan Direktur Utama PT Maybank Kim Eng Sekuritas Wilianto Lee, sebelum membuka perdagangan saham, di galeri BEI Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — PT Maybank Kim Eng Sekuritas menilai tekanan yang terjadi pada pasar obligasi sepanjang sisa tahun ini tidak akan lagi terlampau tinggi seperti yang sudah terjadi sebulan belakangan setelah pasar price in terhadap sentimen-sentimen yang ada.

Wilianto Ie, Presiden Direktur MKE Sekuritas, mengatakan bahwa pasar obligasi Indonesia masih relatif kuat dengan dukungan likuiditas yang tinggi dari investor dalam negeri serta disokong pula oleh fundamental ekonomi yang solid.

Dirinya menilai, tekanan yang terjadi di pasar obilgasi dalam sebulan belakangan akan cenderung tertahan dan tidak lagi turun terlampau dalam. Lagi pula, tekanan yang terjadi ini semata-mata disebabkan karena sentimen eksternal meningkatkan ekspektasi inflasi di Amerika Serikat.

Wilianto mengatakan, meningkatnya ekspektasi inflasi akibat data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang membaik pada Januari lalu menyebabkan pasar mulai mengantisipasi kemungkinan the Fed meningkatkan suku bunga lebih dari 3 kali.

Hal tersebut menyebabkan tekanan jual pada instrumen surat utang di pasar negara berkembang. Koreksi yang terjadi di pasar obligasi Indonesia saat ini disebabkan karena hal tersebut.

Sementara itu, lanjutnya, Bank Indonesia tampaknya tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga BI 7DRR, meskipun the Fed akan sangat agresif dengan kebijakan suku bunganya. Kalaupun naik, kemungkinan peningkatan BI 7DRR hanya akan terjadi 1 kali tahun ini.

“Potensi kenaikan suku bunga kita itu hanya 25 bps tahun ini, situasinya harusnya tidak terlalu banyak tekanan. Bond yield itu sudah naik lebih dari 20 bps sepanjang tahun ini. Jadi, market seharusnya sudah price in saat ini. Risikonya sudah tidak terlalu banyak seperti sebulan terakhir,’ katanya, usai membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (13/3/2018).

Adapun, sepanjang tahun berjalan, indeks obligasi komposit Indonesia atau ICBI sudah mengalami koreksi sebesar 0,87% year to date hingga Senin (12/3/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper