Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR OBLIGASIL: LELANG SUN Selasa (13/3/2018) Diproyeksi Sepi Peminat

Penawaran investor dalam lelang surat utang negara atau SUN yang akan digelar esok, Selasa (13/3/2018) diperkirakan akan semakin rendah sebab pasar obligasi domestik kini mulai turun ditekan oleh sentimen negatif dalam negeri, tidak saja dari global.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA — Penawaran investor dalam lelang surat utang negara atau SUN yang akan digelar esok, Selasa (13/3/2018) diperkirakan akan semakin rendah sebab pasar obligasi domestik kini mulai turun ditekan oleh sentimen negatif dalam negeri, tidak saja dari global.

Pemerintah akan kembali menggelar lelang rutin SUN dengan target indikatif Rp17 triliun dan target maksimal Rp25,5 triliun. Akan ada 6 seri yang dilelang, yakni surat perbendahaan negara seri SPN 3 bulan dan SPN 12 bulan, serta obligasi negara seri FR0063, FR0064, FR0075, dan FR0076.

Sepanjang tahun ini, pemerintah sudah menggelar 5 lelang SUN dan tren penawaran investor semakin turun dari waktu ke waktu. Pada lelang pertama, penawaran investor mencapai rekor sepanjang sejarah dengan nilai Rp86,2 triliun, tetapi lelang terakhir pada dua pekan lalu tinggal Rp41,09 triliun.

Pekan lalu, lelang sukuk negara yang digelar pemerintah hanya mendulang penawaran sebesar Rp8,6 triliun, terendah bahkan bila dibandingkan lelang-lelang sukuk sejak awal 2017.

Anup Kumar, Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia, mengatakan bahwa selama ini sentimen utama yang menyebabkan penawaran investor terus berkurang dalam lelang SUN lebih banyak berasal dari eksternal.

Sebaliknya, kondisi dalam negeri relatif kondusif dengan fundamental ekonomi yang kuat. Namun, pekan lalu pemerintah memberi pernyataan bahwa akan meningkatkan belanja subsidi energi bagi masyarakat untuk mengendalikan harga BBM dan tariff dasar listrik.

“Lelang sukuk kemarin saja sudah rendah, padahal statement itu belum keluar. Statement ini pasti akan berdampak ke lelang SUN esok, demand-nya akan turun dan imbal hasil pasti akan mengalami peningkatan,” katanya, Senin (12/3/2018).

Anup mengatakan, langkah apapun yang diambil pemerintah saat ini pasti akan negatif dampaknya terjadap pasar obligasi. Bila pemerintah menahan diri untuk tidak menaikkan subsidipun, pasar tetap akan merespon negatif sebab inflasi akan melonjak karena peningkatan harga BBM dan TDL. Imbal hasil tetap akan naik.

Oleh karena itu, memang dibutuhkan trobosan luar biasa untuk bisa mengakali hal tersebut. Untuk saat ini, hal tersebut mungkin akan cukup sulit, tetapi perlu diusahakan agar di masa mendatang kondisi yang sama tidak mesti selalu terulang.

Idealnya, pemerintah mampu mendorong perekonomian agar pendapatan negara dapat meningkat dari sektor non-pajak serta mendorong lebih banyak arus masuk investasi langsung luar negeri.

“Secara overall, apakah kondisi kitasudah mengkhawatirkan? Sebenarnya tidak, tetapi hanya tidak menguntungkan saja bagi pasar SUN saat ini,” katanya.

Di sisi lain, sentimen eksternal juga akan semakin kuat menekan pasar obligasi dalam negeri seiring meningkatkan ekspektasi inflasi Amerika Serikat setelah sektor ketenagakerjaan mereka mengalami perbaikan. Hal ini kian meningkatkan kemungkinan the Fed semakin agresif untuk menaikkan suku bunganya tahun ini.

Pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan peningkatan data non farm payroll (NFP) bulanan pada Februari 2018 di AS sebesar 313.000 pekerja, melampaui konsensus sebesar 205.000 pekerja, dan pencapaian bulan sebelumnya sejumlah 239.000 pekerja.

Upah perjam pun meningkat, meskipun hanya 0,1%, lebih rendah dari bulan Januari 0,3% dan estimasi konsensus 0,2%. Sementara itu, tingkat pengangguran terjaga di level 4,1%.

Data ketenagakerjaan yang kian membaik diproyeksikan akan semakin menambah tekanan di pasar obligasi domestik, setelah sebulan terakhir pasar tertekan karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper