Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Rilis NFP, Pergerakan Emas Cenderung Lemas

Harga emas diperkirakan emas bergerak melemah menjelang rilis data nonfarm payroll (NFP) pada Jumat (9/3) setelah mengalami penurunan paska rilis data ADP pada Rabu (7/3).
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas diperkirakan emas bergerak melemah menjelang rilis data nonfarm  payroll (NFP) pada Jumat (9/3) setelah mengalami penurunan paska rilis data ADP pada Rabu (7/3).

Asia Trade Point Futures (ATPF) menuturkan, harga emas mengalami kepungan sentimen negatif dan imbasnya ditutup turun cukup tajam pada penutupan perdagangan Rabu.

Harga telah ditutup melemah hampir 1% ke level US$1.325 per troy ounce. Pelemahan terpantau sempat berlanjut hingga perdagangan Kamis pagi (8/3).

Harga emas Comex kontrak teraktif April 2018 bergerak melemah 0,30 poin atau 0,02% menjadi US$1.327,30 per troy ounce pada pukul 08.52 WIB.

Sementara harga emas spot terpantau sedikit naik 1,13 poin atau 0,09% menjadi US$1.326,70 per troy ounce. Kisaran pergerakannya hari ini antara US$1.323,74—US$1.327,39 per troy ounce.

“Sentimen negatif terhadap emas datang dari solidnya data pertumbuhan tenaga kerja AS periode Februari yang dirilis oleh ADP dan Moody’s Analytics,” papar ATPF dalam risetnya hari ini, Kamis (8/3/2018).

Tercatat data ADP Nonfarm periode Februari mengalami pertumbuhan sebesar 235.000. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan pasar sebanyak 195.000. Laporan ini memberi ekspektasi bahwa data resmi NFP yang akan dirilis esok hari akan tumbuh solid juga.

“Selain itu, adanya rencana Gedung Putih untuk memberikan pengecualian tarif impor baja dan aluminium kepada Kanada dan Meksiko juga turut membebani laju harga emas,” lanjutnya.

Seperti diketahui, pada Kamis (8/3), juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan AS kemungkinan akan mengecualikan beberapa negara, termasuk Kanada dan Meksiko dari kebijakan tarif impor pada baja dan aluminium atas dasar pertimbangan kemanan nasional.

Kondisi tersebut membuat aset safe haven seperti emas menjadi kurang diminati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper