Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Capital Outflow Diprediksi Sampai Pertengahan Tahun, Ini Penjelasan Ekonom

Aksi investor asing yang membawa keluar hasil aktivitas perdagangan di pasar modal diprediksi bakal terus berlanjut, setidaknya hingga pertengahan tahun ini.
Ekonom Indef, Aviliani. /Bisnis.com
Ekonom Indef, Aviliani. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi investor asing yang membawa keluar hasil aktivitas perdagangan di pasar modal diprediksi bakal terus berlanjut, setidaknya hingga pertengahan tahun ini.

Ekonom Indef Aviliani mengatakan, saat ini mayoritas emiten tengah melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS). Tidak jarang perusahaan yang melantai di bursa itu membagikan dividen kepada pemegang saham. Dividen ini yang menurutnya rawan dibawa keluar oleh investor asing.

"April, Mei Juni, banyak RUPS dan asing pasti mendapat divide, sehingga ada potensi capital outflow terus terjadi," kata dia saat menjadi pembicara dalam outlook ekonomi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2018).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi berlanjutnya tren outflow investor asing adalah kebijakan mengenai relaksasi pajak yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). Tak hanya dana keluar, kebijakan ini juga akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.

Namun demikian, Aviliani meyakini kondisi pasar modal masih akan stabil. Selain karena kontribusi investor domestik yang terus membesar, saat ini banyak juga lembaga negara yang mengelola dananya ke bursa efek.

"Risiko pelemahan rupiah masih terjadi. Tapi kondisi sekarang berbeda. Dulu kalau investor asing keluar indeks lemah. Sekaran investor asing keluar indeks biasa saja," ujarnya.

Tak hanya di Indonesia, aksi jual ini juga terjadi di pasar saham banyak negara. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee saat dihubungi terpisah mengatakan, maraknya aksi jual tersebut tidak akan mempengaruhi stabilitas pasar saham di Tanah Air.

Menurutnya, kondisi outflow ini wajar karena pasar masih merespon arah kebijakan The Fed ke depan yang dikabarkan akan menaikkan suku bunga antara dua hingga tiga kali. Namun, jika kenaikan mencapai empat kali, kata dia, pasar saham akan negatif.

"Ini wajar, apalagi beberapa waktu lalu asing banyak masuk. Dana keluar itu banyak juga yang masuk ke surat utang negara kita yang rupiah," ujarnya.

Menurutnya, tidak sedikit dana yang ditarik dari pasar saham itu masuk ke pasar obligasi pemerintah. Apalagi saat ini yield yang ditawarkan lebih tinggi karena posisi investasi Indonesia yang bagus, kondisi ekonomi yang mendukung, serta tingkat inflasi yang terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper