Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menguat Sepanjang Perdagangan, Rupiah Ditutup Berbalik Melemah

Rupiah ditutup melemah 0,02% atau 3 poin di Rp13.618 per dolar AS, setelah dibuka menguat 0,27% ke di posisi Rp13.578. Pada perdagangan Selasa (20/2) rupiah ditutup melemah 0,41% atau 55 poin di posisi Rp13.578 per dolar AS.
Rupiah
Rupiah

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (21/2/2018), meskipun bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan.

Rupiah ditutup melemah 0,02% atau 3 poin di Rp13.618 per dolar AS, setelah dibuka menguat 0,27% ke di posisi Rp13.578. Pada perdagangan Selasa (20/2) rupiah ditutup melemah 0,41% atau 55 poin di posisi Rp13.578 per dolar AS.

Meskipun sepanjang perdagangan rupiah terus bergerak di zona hijau, menjelang penutupan penguatan rupiah perlahan menipis, hingga akhirnya berbalik melemah Hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.573 – Rp13.619 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah, dipimpin oleh won Korea Selatan yang melemah 0,27%, disusul dolar Taiwan dengan pelemahan 0,20%. Adapun peso Filipina menguat  0,34%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,13% atau 0,120 poin ke level 89,836 pada pukul 16.53 WIB.

Dilansir Reuters, dolar AS menguat pada perdagangan saat pelaku pasar mengabaikan spekulasi bearish terhadap greenback serta fokus pada rilis risalah rapat pertemuan kebijakan The Fed.

Awalnya, pandangan bahwa sejumlah bank sentral di negara lain akan mengikuti langkah pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS The Federal Reserve tahun ini, digunakan sebagai alasan untuk menurunnya kinerja dolar AS.

Kemudian muncul komentar dari Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, yang memicu kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dapat melancarkan kebijakan dolar yang lebih lemah karena defisit perdagangannya naik ke level tertinggi dalam hampir satu dekade.

Meningkatnya kekhawatiran tentang defisit anggaran AS, yang diproyeksikan akan menggelembung menjadi lebih dari US$1 triliun pada 2019 di tengah pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak perusahaan secara besar-besaran, juga telah membebani greenback.

Namun para investor mengalihkan fokus mereka ke risalah rapat kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (FOMC minutes) pada 30-31 Januari 2018, yang akan dirilis hari ini waktu setempat.

“Pernyataan apapun yang bernada hawkish dari risalah rapat tersebut dapat mendorong pasar untuk memperkirakan risiko kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat serta membantu mengangkat dolar lebih jauh,” ujar Tareck Horchani, head of sales trading di Asia Pacific untuk Saxo Markets, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper