Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontrak Kedelai Pimpin Kenaikan di Sektor Komoditas Pertanian

Produk bungkil kedelai menjadi komoditas dengan peningkatan harga paling tinggi sepanjang tahun berjalan seiring dengan permasalahan produksi yang terjadi di Argentina.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Produk bungkil kedelai menjadi komoditas dengan peningkatan harga paling tinggi sepanjang tahun berjalan seiring dengan permasalahan produksi yang terjadi di Argentina. 

Pada penutupan perdagangan Jumat (16/2), harga soy bean meal (SBM) atau bungkil kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) kontrak teraktif Mei 2018 naik 0,50 poin atau 0,13% menuju US$376 per ton. Harga meningkat 19,42% secara year to date (ytd).

Pada komoditas pertanian di CBOT, pertumbuhan harga di bawah bungkil kedelai yakni kacang kedelai dengan kenaikan 7,33% ytd menjadi US$1.032,50 per ton, disusul gandum naik 7,20% menuju US$471,50 per ton, dan jagung dengan kenaikan harga 4,78% ytd menjadi US$375 per ton.

Dalam waktu yang sama, harga kedelai kontrak teraktif Mei 2018 di CBOT berada di level US$1.032,50 sen per bushel, meningkat 7,33% ytd. Namun, harga minyak kedelai turun 4,66% sepanjang 2018 menuju level US$31,73 sen per pon.

Perusahaan pialang asal India, Kotak Commodities dalam publikasi risetnya, Senin (19/2), menuliskan harga kedelai dan bungkil kedelai di CBOT mendapatkan dorongan dari terhambatnya produksi di Argentina. Cuaca kering yang melanda sejumlah wilayah perkebunan telah merusak tanaman.

“Ramalan cuaca menunjukkan cuaca kering akan berlanjut sampai akhir Februari 2018. Sentimen tersebut dapat mendorong harga ke depan,” papar riset.

Vice President Research Kotak Commodities Aurobinda Gayan dan timnya menuturkan bahwa hampir 56% perkebunan kedelai di Argentina mengalami kekeringan. Sejumlah pelaku usaha memprediksi jika kondisi tersebut berlanjut, produksi kedelai Negeri Tango akan anjlok ke bawah 50 juta ton.

Berdasarkan data Bank Dunia, Argentina merupakan produsen kedelai ketiga terbesar secara global, setelah Amerika Serikat dan Brasil. Terakhir kali negara itu menghasilkan di bawah 50 juta ton ialah pada musim 2010–2011 sebesar 49 juta ton.

Pada musim 2016–2017, negara Argentina menghasilkan 56 juta ton dari total produksi global sejumlah 346 juta ton. Tren produksi cenderung menurun, setelah mencapai puncaknya pada musim 2014–2015 sebesar 61,4 juta ton.

Menurut Gayan, ketidakpastian produksi Argentina membuat harga produk kedelai cenderung volatil. Dalam jangka pendek, harga kedelai akan berada di kisaran US$1.015–US$1.035 sen per bushel, sedangkan harga minyak kedelai diperkirakan diperdagangkan di level US$31,50–US$32 sen per pon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper