Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Bergairah Jelang Long Weekend

Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya di pengujung perdagangan pekan ini, Kamis (15/2/2018), sebelum libur panjang Imlek, sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya di penghujung perdagangan pekan ini, Kamis (15/2/2018), sebelum libur panjang Imlek, sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,51% atau 69 poin di Rp13.560 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 34 poin atau 0,25% di posisi 13.595. Pada perdagangan Rabu (14/2) rupiah berhasil membukukan rebound dengan penguatan 0,16% atau 22 poin di posisi 13.629.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.545 – Rp13.595 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau menguat, dipimpin dolar Taiwan sebesar 0,78%, yen Jepang dengan 0,55%, dan rupiah. Di sisi lain, peso Filipina terpantau melemah 0,14% pada pukul 15.59 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau lanjut melemah 0,49% atau 0,439 poin ke level 88,682 pada pukul 16.51 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,151 poin atau 0,17% di level 88,970, setelah pada perdagangan Rabu (14/2) berakhir melemah 0,65% di posisi 89,121.

Dilansir Bloomberg, mata uang emerging markets di Asia menguat di tengah berlanjutnya pelemahan dolar AS serta seiring bertahannya reli indeks MSCI EM Asia untuk hari keempat berturut-turut, ditopang optimisme seputar pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.

Penguatan mata uang terjadi bahkan setelah pedagang obligasi meningkatkan ekspektasi mereka untuk jumlah penaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Federal Reserve sebanyak empat kali, menyusul laporan angka inflasi AS yang lebih besar dari yang diproyeksikan pada bulan Januari.

“Latar belakang untuk pasar telah bergeser ke arah penguatan pertumbuhan ekonomi,” kata Angus Salim Amran, head of financial markets di RHB Investment Bank di Kuala Lumpur.

“Secara keseluruhan, pertumbuhan yang lebih kuat bagus untuk ekonomi pasar negara berkembang di Asia dan inflasi AS yang lebih tinggi akan menjadi pertanda baik bagi laba perusahaan eksportir dengan konsekuensi positif bagi FX,” tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper