Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Menguat di Akhir Sesi I, Lima Sektor Naik

IHSG menguat 0,07% atau 3,36 poin ke level 6.598,76 di akhir sesi I setelah dibuka naik 0,33% di level 6.615,90. Adapun pada perdagangan Rabu (14/2), IHSG ditutup menguat 0,25% atau 16,22 poin ke level 6.594,40.
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Selasa (16/1/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Selasa (16/1/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Kamis (15/2/2018).

IHSG menguat 0,07% atau 3,36 poin ke level 6.598,76 di akhir sesi I setelah dibuka naik 0,33% di level 6.615,90. Adapun pada perdagangan Rabu (14/2), IHSG ditutup menguat 0,25% atau 16,22 poin ke level 6.594,40.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak pada kisaran 6.598,65 - 6.624,63.

Sebanyak 207 saham menguat, 115 saham melemah, dan 249 saham stagnan dari 571 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Lima dari sembilan indeks sektoral bergerak positif dengan dorongan utama dari sektor industri dasar yang menguat 1,51%, disusul sektor tambang yang naik 0,96%.

Adapun empat sektor lainnya melemah, didorong oleh sektor infrastruktur yang turun 0,40% dan sektor aneka industri yang melemah 0,38%.

Sementara itu, mayoritas bursa saham di Asia Tenggara terpantau menguat. Indeks FTSE Straits Time Singapura menguat 1,19%, indeks FTSE Malay KLCI naik 0,18%, indeks SE Thailand menguat 0,03%, sedangkan indeks PSEi Filipina melemah 0,75%.

Dilansir Reuters, bursa saham Asia cenderung menguat setelah saham Wall Street menguat pada hari Rabu, dengan indeks Dow Jones menguat 1% dan S&P 500 naik 1,34%, karena investor mengabaikan data inflasi yang lebih kuat dari perkiraan.

Indeks harga konsumen AS naik lebih dari perkiraan pada bulan Januari karena warga mengeluarkan lebih banyak untuk bensin, akomodasi sewa dan perawatan kesehatan, sehingga meningkatkan kekhawatiran inflasi dan prospek suku bunga AS.

Data lain pada hari Rabu menunjukkan penjualan ritel AS. turun 0,3% pada Januari, penurunan terbesar dalam 11 bulan. Angka ini jauh di bawah perkiraan kenaikan 0,2%, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat bisa menyertai inflasi yang lebih tinggi.

"Kombinasi inflasi AS. yang mengejutkan dan data penjualan ritel yang lemah membuat investor dalam situasi genting," tulis tim analis CitiFX, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper