Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Rebound Patahkan Pelemahan 9 Hari Berturut-turut

Mata uang Garuda berhasil membukukan rebound pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (14/2/2018), mematahkan rentetan pelemahan sembilan hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang Garuda berhasil membukukan rebound pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (14/2/2018), mematahkan rentetan pelemahan sembilan hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Rupiah ditutup menguat 0,16% atau 22 poin di Rp13.629 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 13 poin atau 0,10% di posisi 13.638. Pada perdagangan Selasa (13/2) rupiah berakhir melemah 0,09% atau 12 poin di posisi 13.651.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.615 – Rp13.662 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia juga menguat, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,67%, ringgit Malaysia dengan 0,53%, dan yen Jepang yang terapresiasi 0,33%.

Di sisi lain, renminbi China dan baht Thailand masing-masing terpantau melemah tipis 0,04% atau 0,01% pada pukul 17.10 WIB.

Penguatan mayoritas mata uang emerging markets di Asia hari ini ditopang pelemahan dolar AS menjelang rilis laporan inflasi serta berlanjutnya kenaikan bursa saham AS untuk hari ketiga pada perdagangan Selasa (13/2).

“Penguatan lanjutan bursa saham AS serta pelemahan dolar AS memberi dukungan untuk mata uang Asia,” ujar Khoon Goh, kepala riset Asia di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau tipis 0,01% atau 0,008 poin ke level 89,695 pada pukul 17.00 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,013 poin atau 0,01% di level 89,690, setelah pada perdagangan Selasa (13/2) berakhir melemah 0,56% di posisi 89,703.

Dilansir Reuters, dolar AS menyentuh level terendahnya dalam 15 bulan terhadap yen serta melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, di tengah kekhawatiran investor menjelang rilis laporan inflasi AS.

Data harga konsumen AS dapat menghidupkan kembali kekhawatiran seputar inflasi dan kenaikan suku bunga yang lebih cepat. Ini adalah kekhawatiran sama yang memicu aksi jual meluas di pasar ekuitas global pekan lalu, pasca rilis data pekerjaan AS.

Namun, menurut Kit Juckes, chief FX strategist di Societe Generale, angka inflasi AS yang lebih baik daripada perkiraan hanya akan memberi penguatan jangka pendek alih-alih membawa pemulihan terhadap greenback.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper