Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Produsen Baja Kurang Prospektif

Kendati kompak mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (14/2/2018), saham produsen baja tidak direkomendasikan untuk investasi karena prospek kinerja perseroan yang masih akan tertekan dalam jangka panjang.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati kompak mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (14/2/2018), saham produsen baja tidak direkomendasikan untuk investasi karena prospek kinerja perseroan yang masih akan tertekan dalam jangka panjang.

Pada penutupan perdagangan Rabu (14/2/2018), indeks industri dasar dan kimia atau JAKBIND menguat 1,25% atau 6,19 poin menjadi 734,60. JAKBIND memimpin peningkatan 8 indeks sektoral lainnya saat IHSG menguat 0,25% menjadi 6.594,40.

Empat saham teratas yang menopang kinerja JAKBIND kemarin ialah PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk., (ISSP), PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk., (GDST), PT Saranacentral Bajatama Tbk., (BAJA), dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., (KRAS). Semua perusahaan tersebut merupakan produsen produk baja.

Hari ini, saham ISSP meningkat 20,16% atau 26 poin menjadi Rp155. Sepanjang tahun berjalan, saham emiten berkapitalisasi pasar Rp1,11 triliun ini naik 34,78%.

Selanjutnya, GDST mencatatkan peningkatan 13,10% atau 11 poin menuju Rp95. Saham emiten berkapitalisasi pasa Rp779 miliar ini meningkat 15,85% sepanjang 2018.

Saham BAJA naik 10,71% atau 18 poin menuju Rp186. Secara year to date, saham emiten berkapitalisasi pasar Rp334,8 miliar ini tumbuh 16,25%.

Adapun, KRAS naik 7,43% atau 37 poin menjadi Rp535. Emiten berkapitalisasi pasar Rp10,35 triliun ini mencatatkan pertumbuhan 26,18% sepanjang 2018.

Vice President Research & Analyst PT Valbury Sekuritas Indonesia Nico Omer Joncheere mengungkapkan, penguatan saham emiten produsen baja ditopang proyeksi tingginya permintaan terhadap produk perusahaan. Pasalnya, pembangunan proyek infrastruktur gencar dilakukan.

Kendati demikian, fundamental perseroan terlihat cenderung kusam. Misalnya, KRAS masih mengalami kerugian, sedangkan ketiga perusaahan lain memiliki net profit margin di bawah 1%.

“Jadi saham-saham tersebut hanya bisa untuk trading. Sangat tidak direkomendasikan untuk investasi,” ujarnya, Rabu (14/2/2018).

Di samping itu, saham emiten produsen baja mendapat tekanan dari menanjaknya harga logam global, seperti tembaga. Sentimen ini membuat beban pembelian bahan baku semakin membesar, sehingga marjin laba kian menipis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper