Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Lebih Stabil, Dolar AS Tergelincir

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,06% atau 0,054 poin ke level 90;,154 pada pukul 8.32 WIB.
Uang dolar AS./Antara
Uang dolar AS./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS tergelincir pada perdagangan Selasa (13/2/2018) karena pasar saham global menunjukkan beberapa tanda stabilitas setelah penurunan tajam pekan lalu, sehingga menghidupkan kembali risk appetite.

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,06% atau 0,054 poin ke level 90;,154 pada pukul 8.32 WIB.

Sementara itu, euro diperdagangkan pada US$1,2298, rebound dari level terendah minggu lalu di level US$1,2206, meskipun masih di bawah level tertinggi 3 tahun di US$ 1,2538 yang dicapai pada 25 Januari.

Aksi beli euro adalah salah satu perdagangan populer awal tahun ini dengan pandangan bahwa Bank Sentral Eropa akan mengurangi stimulusnya akhir tahun ini didukung oleh pemulihan yang kuat dalam ekonomi zona euro.

Pasar saham global melakukan rebound yang kuat sejak aksi jual signifikan yang dimulai akhir Januari di tengah kekhawatiran mengenai kenaikan tekanan inflasi.

Inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong Federal Reserve untuk memperketat kebijakannya lebih cepat dari perkiraan. Sebagai alternatif, jika The Fed tidak bertindak cukup cepat, hal itu dapat mendorong imbal hasil obligasi jangka panjang. Dalam kedua skenario tersebut, para pedagang khawatir bahwa pertumbuhan AS dapat terhambat.

Ada beberapa indikasi kekhawatiran tersebut mulai mereda, dengan saham Wall Street rebound kuat pada hari Senin dan MSCI All-country World Index yang menguat 1,2%. Meski begitu, pelaku pasar tidak yakin yang terburuk sudah berakhir.

Imbal hasil obligasi 10 tahun AS mencapai level tertinggi empat tahun di level 2,902% sementara imbal hasil obligasi 30 tahun naik ke level tertinggi 11 bulan di posisi 3,199%.

"Kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang mengangkat biaya pinjaman dan cenderung mendinginkan ekonomi," kata Minori Uchida, kepala analis valuta asing di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, seperti dikutip Reuters.

Uchida mengatakan dolar AS kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan terhadap yen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper