Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Ekonomi RI 2018: Hadapi Perubahan, Sejumlah Sektor Ini Dianggap Prospektif

Prospek positif ekonomi Indonesia tahun ini tetap harus disikapi dengan sangat hati-hati sebab tantangan perubahan dalam dinamika ekonomi dalam negeri cukup serius. Hal ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi emiten-emiten untuk menyiapkan strategi menghadapinya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan kuliah umum dengan tema Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/8)./JIBI-Rachman
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan kuliah umum dengan tema Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/8)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek positif ekonomi Indonesia tahun ini tetap harus disikapi dengan sangat hati-hati sebab tantangan perubahan dalam dinamika ekonomi dalam negeri cukup serius. Hal ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi emiten-emiten untuk menyiapkan strategi menghadapinya.

Eastspring Investment Indonesia mencatat ada tiga perubahan mendasar yang terjadi pada perekonomian Indonesia saat ini yang akan mempengaruhi dinamika bisnis secara umum. Sayangnya, perubahan tersebut menghadirkan tantangan yang serius bagi sejumlah sektor yang sebelumnya sudah mapan.

Ketiga kunci perubahan tersebut yakni perubahan struktur ekonomi, perubahan pola konsumsi, dan perubahan kebiasaan konsumsi. Perubahan struktur ekonomi didorong oleh kebijakan anggaran pemerintah yang kini lebih fokus pada investasi dibandingkan konsumsi, ditandai oleh masifnya pembangunan infrastruktur 3 tahun terakhir.

Perubahan pola konsumsi dicirikan oleh beralihnya tren belanja masyarakat, khususnya generasi milenial, dari semula belaja kebutuhan pokok menjadi kebutuhan leisure dan pengalaman. Sementara itu, perubahan kebiasaan konsumsi terlihat dari makin populernya situs belanja online menggantikan pasar tradisional.

Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring Investment Indonesia, mengatakan bahwa ketiga perubahan ini tidak terhindarkan lagi. Dampaknya tidak saja akan terasa dalam jangka panjang, tetapi sudah mulai sejak beberapa tahun belakangan.

Dirinya memandang, isu disrupsi masih akan menjadi tema penting yang akan dihadapi emiten-emiten dari sektor industri konvensional yang selama ini masih mendominasi Bursa Efek Indonesia. Sayangnya, dua kunci perubahan selain perubahan struktur ekonomi lebih banyak membawa ancaman dibandingkan dengan peluang bagi sektor-sektor konvensional selama ini.

“Pada dasarnya, kami mencoba mencari sektor yang bisa menghadapi ketiga faktor itu [sebagai pilihan investasi kami]. Kami akan berhati-hati pada sektor yang terkena dampak dari perubahan ini dan itu tidak mudah,” katanya, Rabu (7/2/2018).

Ari mengatakan, perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada investasi sudah mendorong kinerja emiten-emiten sektor infrastruktur dan konstruksi, sembari di sisi lain menyebabkan kinerja sektor konsumsi relatif tertekan.

Dua tahun ke depan, semakin banyak proyek infrastruktur rampung dan membuka peluang bagi sektor-sektor baru untuk berkembang sebagai dampak dari kemajuan infrastruktur. Dirinya memandang, sektor properti akan menjadi yang paling prospektif sebab sektor ini sangat diuntungkan oleh terbukanya akses infrastruktur.

Namun, perubahan pada pola dan kebiasaan konsumsi tidak membuka peluang secara langsung bagi sektor-sektor lain yang sudah ada di bursa, tetapi menuntut adanya adaptasi serius untuk mengimbangi perubahan tersebut.

Dirinya memandang, perubahan pola konsumsi menuntut peritel konvensional untuk mulai mengubah konsep area belanja agar tidak saja menawarkan produk belanjaan tetapi juga pengalaman berbelanja yang berbeda.

Sektor media juga perlu beradaptasi untuk menghadapi peralihan tren gaya hidup generasi muda yang lebih tertarik pada media sosial dibandingkan media konvensional seperti televisi, radio, koran, atau majalah. Sektor-sektor ini harus mampu menemukan hal unik yang tidak bisa digantikan oleh hadirnya pola dan kebiasaan konsumsi baru masyarakat.

Di sisi lain, pola belanja online yang kian popular akan banyak memangkas rantai distribusi barang dan jasa sehingga memukul kinerja sektor-sektor yang berhubungan dengan jasa intermediasi.

Kemudahan berbelanja online bisa sangat berbahaya bagi Indonesia bila industri manufaktur tidak siap untuk menyediakan pasokan barang-barang kebutuhan masyarakat, sebab produk luar negeri akan dengan mudah hadir secara langsung ke tangan konsumen.

FENOMENA

Thendra Crisnanda, Head of Institution Research MNC Sekuritas, mengatakan bahwa fenomena disrupsi sudah tidak terbendung, sehingga seluruh pemangku kepentingan bertanggung jawab untuk mempersiapkan diri.

Fenomena ini memang menciptakan peningkatan pengangguran di beberapa sektor, tetapi pengembangan infrastruktur internet tetap harus dilakukan secara massif sebab besar pengaruhnya untuk mempercepat kemajuan ekonomi nasional.

Thendra memandang, fenomena e-commerce atau perubahan kebiasaan konsumsi bukanlah menjadi penyebab utama penurunan bisnis ritel konvensional. Alasannya, komposisi penjualan online hanya Rp1,5 triliun atau 0,33% dari total penjualan ritel nasional Rp450 triliun di 2016.

Menurutnya, justru perubahan pola konsumsi generasi milenial dari kebutuhan pokok menjadi leisure yang menyebabkan penurunan kinerja penjualan ritel. Daya beli tidak menurun, tetapi masyarakat cenderung wait and see.

“Layanan intenet harus mendapat pengawasan dan regulasi yang berimbang sehingga tidak berdampak negatif bagi perekonomian nasional,” ungkapnya dalam MNC Sekuritas Compendium 2018.

Perubahan yang terjadi pada dinamika ekonomi Indonesia terkait era online terjadi relatif mendadak ketika infrastruktur internet, kapabilitas, kesejahteraan, maupun pendidikan yang melengkapinya belum sepenuhnya siap. Namun, efeknya sudah terlanjur massif sehingga butuh disikapi segera.

Leo Putra Rinaldy, Chief Economist Mandiri Sekuritas, memandang bahwa langkah yang penting untuk menyikapi perubahan Indonesia di masa mendatang adalah menentukan sektor manufaktur yang diunggulkan, agar Indonesia tidak saja menjadi negara konsumen di era disrupsi.

Menurutnya, untuk langkah awal sektor manufaktur yang bisa didorong yakni yang memiliki keterkaitan dengan produk eksport Indonesia, sebab tren ekspor Indonesia kini tengah meningkat. Dirinya juga menilai sektor informal UMKM harus didorong untuk menjadi produsen dengan cara dibantu akses pendanaannya.

Selain itu, tingginya aktivitas leisure yang kini menjadi tren generasi milenial harus diimbangi dengan penguatan sektor pariwisata. Sektor turisme sangat besar efek pengalinya terhadap sektor lainnya. Pengembangan sektor ini justru bisa membantu mendorong sektor manufaktur yang selama ini tertinggal.

“Kita harus lebih efektif. Infrastruktur juga penting karena benang merah semuanya adlaah infrastruktur. Turisme dan manufaktur bisa meningkat kalau infrastruktur ktia bagus. Reformasi infrastruktur harus diikuti oleh manufaktur. Jangan sampai infrastruktur selesai, manufaktur collaps,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper