Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terseret Bursa Asia, IHSG Ditutup Melemah

IHSG ditutup melemah 0,59% atau 39,14 poin di level 6.589,67, setelah dibuka dengan pelemahan 1,09% atau 72,14 poin di level 6.556,68.
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Senin (5/2/2018), mengikuti pergerakan mayoritas bursa Asia yang melemah.

IHSG ditutup melemah 0,59% atau 39,14 poin di level 6.589,67, setelah dibuka dengan pelemahan 1,09% atau 72,14 poin di level 6.556,68.

Adapun pada perdagangan Jumat (2/2), IHSG ditutup menguat 0,46% atau 30,36 poin di posisi 6.628,82. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.522,54– 6.612,45.

Dari 571 saham yang diperdagangkan hari ini, sebanyak 123 saham menguat, 254 saham melemah, dan 194 saham stagnan.

Berdasarkan data Bloomberg, seluruh sembilan indeks sektoral IHSG berakhir di zona merah, didorong oleh sektor aneka industri yang merosot 1,86%, disusul sektor industri dasar dengan pelemahan 1,84%.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 ditutup melemah 0,15% atau 0,87 poin ke level 595,85, setelah pada perdagangan Jumat (2/2/) ditutup menguat 0,67%ke posisi 596,72.

Indeks saham lainnya di Asia Tenggara terpantau bergerak melemah, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura melemah 1,3%, indeks SE Thailand turun 1,09%, indeks FTSE Malaysia KLCI melemah 0,93%, sedangkan indeks PSEi Filipina turun 2,21%.

Di kawasan Asia lainnya, Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 2,17% dan 2,55%, sedangkan indeks Hang Seng ditutup melemah 1,09%.

Sementara itu, hanya bursa saham China yang berakhir di zona hijau hari ini, dengan indeks Shanghai Composite menguat 0,73% dan indeks CSI 300 naik 0,07%.

Mayoritas busa  Asia melemah di tengah kekhawatiran inflasi yang kembali menekan obligasi, menggulingkan Wall Street dari rekor tertinggi, serta memicu spekulasi bahwa bank sentral global mungkin lebih agresif melakukan pengetatan kebijakan.

Dilansir Reuters, investor mengkhawatirkan dengan data non-farm payroll AS pada hari Jumat (2/2) yang menunjukkan upah tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari 8,5 tahun terakhir dan memicu ekspektasi inflasi.

"Data tersebut akan menambahkan bahan bakar pada perdebatan mengenai apakah the Fed berada di belakang kurva. Ini akan meningkatkan peluang titik median Fed bergeser hingga empat kali kenaikan suku Bungan di 2018," ungkap analis makro Deutsche Bank, Alan Ruskin, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 meleset dari target pemerintah yang ditetapkan dalam RAPBN-P 2017, yang sebesar 5,2%.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,07%. Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan angka pertumbuhan tersebut memang di bawah target pemerintah.

"Namun, 5,07% merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2014," ujarnya, Senin (5/2/2018).

 

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

(%)

ASII

-2,01

UNVR

-1,64

BBCA

-0,73

TPIA

-2,31

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

HMSP

+1,88

BBRI

+1,07

ADRO

+2,02

TLKM

+0,25

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper