Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI Kerja Sama dengan Climate Bond Initiative untuk Emisi Green Bond

Bursa Efek Indonesia menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Climate Bond Initiative atau CBI untuk bergabung dalam program keanggotaan CBI yang akan mendukung emisi obligasi berwawasan lingkungan atau green bond di Indonesia.
CEO PINA Ekoputro Adijayanto (kanan) didampingi CEO Climate Bonds Initiative (CBI) Sean Kidney menyampaikan paparan di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) mengenai pengembangan pembiayaan infrastruktur berwawasan lingkungan Green Bond, di Jakarta, Senin (5/2)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
CEO PINA Ekoputro Adijayanto (kanan) didampingi CEO Climate Bonds Initiative (CBI) Sean Kidney menyampaikan paparan di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) mengenai pengembangan pembiayaan infrastruktur berwawasan lingkungan Green Bond, di Jakarta, Senin (5/2)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Climate Bond Initiative atau CBI untuk bergabung dalam program keanggotaan CBI yang akan mendukung emisi obligasi berwawasan lingkungan atau green bond di Indonesia.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio dan CEO Climate Bond Initiative Sean Kidney usai menggelar seremoni penutupan perdagangan BEI pada Senin (5/2/2018) di Jakarta.

Turut hadir dalam momen tersebut yakni Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dan jajaran direksi serta karyawan BEI. Kehadiran Sandiaga dalam momen tersebut sebagai perwakilan dari calon emiten, sebab pemda DKI Jakarta telah mengumumkan akan menyiapkan 3 BUMD untuk menerbitkan green bond.

Tito mengatakan, BEI merupakan bursa pertama di Asia Tenggara yang bergabung dalam program keanggotaan CBI. BEI menjadi bursa ke-6 yang bergabung dengan NGO nirlaba tersebut, setelah London Stock Exchange, Luxembourg Green Exchange, Deutsche Börse, Bolsa Mexicana, dan Nasdaq Nordics.

CBI sendiri merupakan LSM yang mempromosikan investasi skala besar di low-carbon economy.

Tito Sulistio mengatakan, CBI akan berperan sebagai lembaga yang memberi rekomendasi dan sertifikasi atas rencana penerbitan green bond di Indonesia. CBI merupakan organisasi non-pemerintahan dan nirlaba sehingga opininya bisa diharapkan lebih independen.

“Kita senang BEI jadi partner pertama di Asean dan nomor 6 di dunia yang partnership dengan mereka. Kita akan dikasih [program] development, edukasi, dan data untuk mempromosikan green bond di dunia,” katanya, Senin (5/2/2018).

Adapun, akhir tahun lalu, OJK sudah merilis aturan baru tentang green bond. Peraturan tersebut tertuang dalam POJK Nomor 60/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green Bond).

Aturan ini sudah lama menjadi wacana, tetapi baru terbit akhir tahun lalu. Adanya peraturan ini memungkinkan pemerintah dan korporasi Indonesia untuk mulai menjajaki instrumen green bond.

Dalam peraturan tersebut, ditegaskan bahwa emiten yang ingin menerbitkan green bond wajib mendapatkan penilaian dari Konsultan Lingkungan bahwa aktivitas bisnis yang hendak dibiayai oleh emiten melalui penerbitan green bond tersebut adalah benar-benar bermanfaat bagi lingkungan.

Emiten juga wajib melampirkan bukti bahwa konsultan lingkungan yang ditunjuk tersebut benar-benar memiliki kapasitas untuk memberi penilaian.

Konsultan lingkungan tersebut bisa orang perorangan, kelompok, atau lebaga yang memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian, verifikasi, atau pengujian atas kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Tito mengatakan, CBI mengambil peran sebagai konsultan lingkugan tersebut yang memiliki reputasi internasional. Kerjasama dengan CBI memungkinkan emiten Indonesia untuk dikenal oleh basis investor green bond dunia.

“OJK itu yang membuat acuannya, mereka ini yang melakukan sertifikasinya,” katanya.

Sean Kidney mengatakan, isu perubahan iklim saat ini sudah menjadi perhatian glbao. Indonesia membutuhkan lebih banyak sistem, proyek dan sumber energi ramah lingkungan untuk menjamin keberlanjutan ekonomi.

Di sisi lain, di pasar global ada tersedia banyak modal dari kelompok investor yang berwawasan lingkungan, yang hanya mau berinvestasi di instrumen-instrumen investasi dengan aset dasar atau intensi yang berwawasan lingkungan.

“Modal besar tersedia di Eropa, Jepang, Australia, Amerika, tinggal membuat jembatan antara negara-negara itu dengan Indonesia sebab mereka ingin [instrumen investasi] yang hijau. Ini kesempatan besar, tetapi butuh banayk pekerjaan yang perlu dibuat untuk memastikan jembatan itu terbangun dengan baik,” katanya.

Tahun lalu, emisi green bond di pasar global mencapai rekor yakni US$155,5 miliar, meningkat 78% dibandingkan nilai emisi 2016 senilai US$87,2 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper