Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Saham Emiten Batu Bara Pilihan Bahana

Harga batu bara global diperkirakan masih berada di level tinggi pada 2018, sehingga turut mendongkrak kinerja emiten tambang domestik.
Pekerja beraktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara global diperkirakan masih berada di level tinggi pada 2018, sehingga turut mendongkrak kinerja emiten tambang domestik.

Harga saham sejumlah emiten terkait pun bakal mengalami peningkatan. Oleh karena itu, Bahana Sekuritas mengerek proyeksi harga saham ADRO, PTBA, dan UNTR.

Analis Bahana Andrew Franklin Hotama menyampaikan, pada 2017 rerata harga batu bara Newcastle meningkat 35% yoy menjadi US$88 per ton. Bahkan, harga sempat menembus level US$100 per ton.

Pada 2018, rerata harga batu bara dipekirakan berada di posisi US$75 per ton. Kendati menurun dari tahun sebelumnya, angka tersebut tetap menunjukkan level tertinggi dan cenderung lebih baik dibandingkan dengan 2016.

"Pada 2018 harga batu bara akan sedikit mengalami kontraksi karena sejumlah kebijakan yang bakal diambil pemerintah Cina, sebagai konsumen terbesar batubara di dunia," paparnya dalam siaran pers, dikutip Senin (5/1/2018).

Sepanjang tahun ini, pemerintah China akan memperkenalkan standar energi terbarukan. Salah satunya dengan mewajibkan seluruh Produsen Pembangkit Independen atau IPP menetapkan penggunaan batu bara sebesar 15% dari total bahan baku pembangkit listrik hingga 2020.

Kebijakan itu akan berdampak terhadap pendapatan perusahaan IPP, khususnya para pemain kecil. Sebelumnya pada 2017, perusahaan IPP batubara ini mencetak ROE serendah 3%-5% karena kenaikan harga batu bara.

Pada 2018, diperkirakan tingkat konsumsi batu bara China akan terkoreksi setelah tumbuh cukup tinggi tahun lalu. Namun demikian, Bahana memerkirakan pemerintah Negeri Panda akan berupaya menjaga harga batubara secara bertahap ke kisaran US$64 -US$76/ ton NEWC equivalent. Salah satu caranya ialah dengan mulai membatasi impor batu hitam setelah 15 Februari 2018.

Andrew menyampaikan, kendati China siap melakukan pengetatan, harga-rata batubara tidak akan terkoreksi cukup dalam. Oleh karena itu, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham perusahaan yang terkait batubara, dengan pilihan teratas, yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), selanjurnya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan saham PT United Tractors Tbk. (UNTR).

Bahana bahkan menaikkan target harga saham ADRO menjadi Rp 2.400 dari estimasi harga sebelumnya Rp 2.174. Kinerja keuangan perseroan diperkirakan masih akan berlanjut positif sepanjang 2018, setelah tahun lalu diprediksi mencatatkan kenaikan earning per share (EPS) sebesar 64% yoy.

Bisnis Adaro juga dinilai lebih beragam dibanding perusahaan lainnya. Selain itu, eerseroan dianggap mampu menjaga stabilitas produksi di level 52 juta ton meski ada gangguan cuaca hujan deras sepanjang tahun lalu.

Bahana juga menaikkan target harga saham PTBA menjadi Rp 2.920 dari sebelumnya Rp 2.740. Namun, karena bisnis perseroan lebih kepada pasar domestik, terutama PLN, kinerja perseroan diperkirakan tidak segemilang Adaro.

Alasannya, sambung Andrew, pemerintah sangat konsen untuk menurunkan tarif listrik. Padahal harga batu bara diperkirakann masih berada di level tinggi pada 2018, meskipun mengalami koreksi.

Sebagai salah satu pemain yang menyediakan alat berat bagi perusahaan tambang, UNTR akan mendapat berkah dari prospek batubara kedepan. Bahana merekomendasikan beli terhadap saham perusahaan milik Group Astra ini dengan target Rp 39.700.

Penjualan alat berat UNTR diperkirakan mencapai 3.700--3.800 unit sepanjang 2017. Tahun ini, penjualan alat berat perseroan diperkirakan mencapai sekitar 5.000 unit, sehingga laba diperkirakan naik sebesar 53% yoy dari pencapaian sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper